Type to search

Berita

Kolaborasi BBKSDA Jatim dan PLN Menghadapi Ancaman Monyet Ekor Panjang

Share

Di tengah deru mesin dan tegangan tinggi jaringan transmisi listrik, ancaman tak terduga datang bukan dari kerusakan teknis, melainkan dari penghuni hutan, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Primata yang lincah dan cerdas ini sering menjelajah Gardu Induk (GI), GITET, hingga tower SUTT/SUTET, memicu risiko korsleting, pemadaman regional, bahkan korban jiwa satwa liar.

Menyadari urgensi itu, Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim) hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Bedah Teknik Pemeliharaan PLN UIT JBM Tahun 2025 di Pandaan, Senin (25/8). Hadir memberikan materi adalah Hari Purnomo, Polhut Madya BBKSDA Jatim, bersama drh. Zakia Sheila Faradilla, S.KH, dokter hewan Wildlife Rescue Unit BBKSDA Jatim.

Para peserta yang merupakan semua management PLN UIT JBM. (General Manager, Para Senior Manager, Para Manager Subbidang, Para Asisten Manager, Para Manager ULTG, Para Team Leader, Para Perwakilan Staf Pemeliharaan Gardu Induk se Jatim dan Bali.tampak antusias menyimak pemaparan. Bukan hanya sekadar mendengar, mereka bahkan menyatakan komitmen untuk mengimplementasikan rekomendasi konservasi yang disampaikan narasumber, mulai dari pengelolaan sampah di sekitar GI, pemasangan pagar anti-primata, hingga pentingnya buffer zone vegetasi yang tidak menarik monyet.

Gangguan monyet ekor panjang tidak bisa dipandang sebelah mata. Primata yang adaptif ini sering melompat antar kabel, menggigit panel, hingga masuk ke gardu karena tertarik oleh sisa makanan. Aktivitas berkelompok mereka berpotensi menyebabkan korsleting, kerusakan peralatan, dan pemadaman listrik berskala besar.

Lebih jauh, satwa yang tersengat listrik bukan hanya kehilangan nyawa, tetapi juga menimbulkan konflik baru dengan masyarakat yang menganggapnya “hama”. BBKSDA Jatim menekankan bahwa tidak ada solusi tunggal dalam mitigasi. Pendekatan harus terintegrasi: teknis, non-teknis, ekologis, dengan indikator efektivitas, efisiensi, dan keterukuran.

Kegiatan ini menjadi contoh nyata sinergi antara konservasi satwa liar dan ketahanan energi nasional. PLN sebagai penyedia listrik berkomitmen menjaga andal distribusi, sementara BBKSDA Jatim memastikan setiap upaya pemeliharaan tetap selaras dengan prinsip konservasi.

Apa yang terjadi di Pandaan menjadi pengingat bahwa coexistence hidup berdampingan adalah kunci. Menjaga listrik tetap menyala bukan berarti harus memadamkan kehidupan satwa liar. Justru dengan merawat keduanya, manusia sedang memastikan masa depan yang lebih terang, bagi alam maupun peradaban.

“Energi adalah nadi kehidupan manusia, satwa liar adalah nadi ekosistem. Mitigasi gangguan primata di instalasi kelistrikan bukan hanya menjaga cahaya tetap menyala, tetapi juga memastikan alam tetap lestari”.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda pada Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like