Type to search

Artikel

Kisah Pengendali Ekosistem Hutan dan Upaya Sunyi Konservasi Satwa di Gresik

Share

Di sudut tak terduga dari kota industri, di mana hutan telah digantikan oleh beton dan aspal, sekelompok kecil penjaga alam bekerja dalam diam. Kamis pagi, 10 April 2025, menjadi hari penting bagi Fajar Dwi Nur Aji seorang Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda dari Balai Besar KSDA Jawa Timur. Bersama tiga rekannya, ia bertugas di wilayah Bidang KSDA II Gresik, sebuah kawasan yang jauh dari hutan lebat, namun tetap menjadi medan penting dalam perjuangan konservasi satwa liar.

Hari itu, mereka menerima penyerahan tiga satwa liar dari UPT. Pemadam Kebakaran Kabupaten Gresik. Seekor Trenggiling (Manis javanica) dan dua ekor Sanca Kembang (Malayopython reticulatus) diserahkan dalam kondisi hidup, hasil penyelamatan dari pemukiman warga. Penyerahan dilakukan oleh Sulyono, S.E., M.M., Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan, menandai kolaborasi yang jarang terlihat tapi sangat bermakna antara pemadam kebakaran dan konservasionis.

Bagi Fajar dan timnya, momen ini bukan sekadar serah terima satwa. Namun gambaran nyata dari bentuk konservasi eks situ. Dalam dunia di mana hutan menyempit dan manusia merangsek ke ruang liar, menjaga kehidupan bukan hanya dilakukan di dalam kawasan hutan lindung, tapi juga di kota-kota, pasar-pasar, bahkan halaman rumah warga.

BBKSDA Jatim, melalui unit Wildlife Rescue Unit (WRU) dalam program Matawali, menjadi garda depan dalam upaya ini. Satwa yang diserahkan akan melalui proses penanganan medis, rehabilitasi, dan seleksi pelepasliaran.

Trenggiling, salah satu mamalia paling diburu di dunia, dan terdaftar dalam Appendiks I CITES adalah simbol dari betapa gentingnya situasi keanekaragaman hayati kita. Sementara Sanca Kembang, meski tak dilindungi secara nasional, tetap menjadi indikator penting kesehatan ekosistem.

“Di sini kami bekerja jauh dari hutan, tapi tetap untuk hutan,” ujar Fajar, sembari mengamati trenggiling itu menggulung dirinya dalam ketakutan.

“Setiap satwa yang kami selamatkan adalah bagian dari ekosistem yang lebih besar dan jika kita kehilangan satu, kita akan kehilangan banyak,” tambahnya.

Kegiatan ini juga dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan Pemula, Ferdinan Sabastian, yang turut memastikan proses edukasi dan dokumentasi berjalan dengan baik. Penyerahan yang berlangsung secara sukarela ini menunjukkan satu hal penting. Konservasi tak hanya butuh keahlian, tapi juga empati dan kolaborasi lintas profesi.

Di tengah panasnya kota Gresik, bukan hanya air yang disemprotkan untuk memadamkan api. Tapi juga ada harapan yang diselamatkan. Ada kehidupan liar yang diberi kesempatan kedua.

Sumber: Ego Lion Sakty, Pengendali Ekosistem Hutan Pemula pada Bidang KSDA Wilayah II Gresik.

Tags:

You Might also Like