Kemarau Memicu Perburuan Satwa Liar
Share
JAKARTA, KOMPAS.com – Musim kemarau di sejumlah daerah di Indonesia telah memicu perburuan satwa-satwa langka, salah satunya Harimau Sumatera, demikian Kepala Humas Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Sumarto, Kamis (23/8/2012).
Sumarto mengatakan saat musim kemarau satwa liar di hutan cenderung mencari tempat berair banyak.
“Di tempat inilah pemburu liar menangkap hewan dan satwa liar tersebut,” kata Sumarto.
Pemburu liar tahu pasti tempat-tempat favorit satwa liar untuk berkumpul saat kemarau.
“Meskipun ada banyak petugas polisi kehutanan di lokasi tapi para pemburu tersebut sudah lebih pintar dan berhasil memburu satwa liar untuk diperdagangkan,” kata dia.
Banyak satwa liar sekitar kawasan konservasi dan hutan lindung di Riau dan Jambi seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Kerinci 12 dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, yang bahkan diburu pemburu liar ini.
Setidaknya dalam sebulan sudah terungkap dua kasus perdagangan kulit harimau, dimana pelaku perdagangan satwa ilegal tersebut ditangkap di daerah Cilandak dan Kayu Putih di Jakarta.
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan, saat ini populasi Harimau Sumatera di Indonesia tinggal 129 ditambah 3 anak yang lahir di Kebun Binatang Medan sehingga total 132 ekor. Sementara, di lembaga konservasi luar negeri, ada 244 ekor.