Jejak Para Guru yang Membentuk Penjaga Alam Jawa Timur
Share
Di pagi yang lembut di Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang, cahaya matahari menembus sela dedaunan, membuka lembar baru kehidupan liar yang bergerak dalam kesunyian. Di sanalah, jauh dari keramaian kota, para penjaga alam Balai Besar KSDA Jawa Timur menjalankan tugasnya, melindungi satwa, menjaga habitat, dan merawat warisan ekologi yang menjadi napas kehidupan. Namun di balik keteguhan mereka berjaga, ada satu kisah yang selalu menyertai, mereka semua pernah menjadi murid.
Setiap Pengendali Ekosistem Hutan, setiap Polisi Kehutanan, setiap Penyuluh Kehutanan, setiap anggota Manggala Agni, dan setiap karyawan BBKSDA Jatim, lahir dari tangan para guru. Dari guru TK yang pertama kali memperkenalkan mereka pada gambar-gambar hewan, hingga guru SMA yang menumbuhkan logika ilmiah. Dari dosen kampus yang membakar rasa ingin tahu, hingga mentor konservasi yang menanamkan etika lapangan. Mereka berdiri hari ini karena ada para pendidik yang menuntun mereka di masa lalu.
Kesadaran inilah yang kembali menguat pada momentum Hari Guru Nasional 25 November 2025. Dalam dunia konservasi, guru bukan sekadar sosok yang berdiri di depan kelas, guru adalah siapa saja yang menanamkan nilai, ilmu, dan kepedulian terhadap alam. Dan kini, para petugas BBKSDA Jawa Timur melanjutkan mata rantai itu dengan menjadi guru bagi masyarakat luas.
Di seluruh kawasan konservasi mulai Suaka Margasatwa Pulau Bawean, CA Pulau Nusa, CA Pulau Noko, lanskap dataran tinggi, mangrove, karst, dan pulau-pulau kecil, seluruh tenaga Balai Besar KSDA Jawa Timur terlibat dalam pendidikan konservasi. Bukan hanya yang mengenakan seragam lapangan, tetapi juga staf administrasi, tenaga teknis non-lapangan, hingga petugas mitra di penangkaran dan lembaga konservasi. Setiap mereka, dalam cara dan kesempatannya masing-masing, turut menjadi bagian dari proses belajar masyarakat.
Edukasi dilaksanakan untuk semua jenjang. Mulai dari anak-anak TK yang diajak mengenal satwa dilindungi melalui boneka dan gambar; siswa SD yang belajar tentang jejak satwa; remaja SMP dan SMA yang terlibat dalam kelas konservasi, hingga mahasiswa yang turun langsung meneliti ekosistem atau magang bersama para petugas. Ribuan peserta telah disentuh oleh edukasi ini setiap tahun.
Tidak hanya dilakukan oleh petugas, namun juga oleh Kader Konservasi FK3I Korda Jawa Timur, yang menjadi jembatan penting antara masyarakat dan ilmu konservasi. Mereka menyebarkan pengetahuan, memfasilitasi kampanye lingkungan, dan memperluas jangkauan edukasi hingga ke desa-desa terpencil.
Langkah pendidikan ini diperkokoh dengan rangkaian deklarasi kerja sama dengan dunia akademik. Balai Besar KSDA Jawa Timur menggandeng SMK Kehutanan Walisongo Pacet, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, UIN Sunan Ampel Surabaya, serta FIKKIA Universitas Airlangga Banyuwangi. Kolaborasi lintas ilmu ini menghadirkan integrasi antara sains, kesehatan satwa liar, ekologi, sosial-budaya, hingga pendekatan berbasis masyarakat, membangun kekuatan baru dalam konservasi.
Dalam momen peringatan ini, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., menyampaikan pesan mendalam yang menautkan masa lalu dan masa depan.
“Tidak ada penjaga alam yang lahir sendirian. Kita semua dibentuk oleh guru—guru kehidupan, guru sekolah, guru lapangan,” tegas Nur Patria.
“Karena itu, setiap langkah yang kita lakukan hari ini untuk mengajar masyarakat adalah cara kita mengembalikan jejak kebaikan itu. Guru menguatkan pendidikan, dan pendidikan menguatkan konservasi. Di situlah Indonesia menjadi kuat,” tambahnya.
Pernyataan ini sejalan dengan gema yang menyatukan seluruh perjalanan konservasi Jawa Timur. Dari ruang kelas yang sederhana hingga keheningan hutan, dari para pendidik yang menginspirasi hingga para petugas yang kini mengajar generasi baru, dari pengetahuan ilmiah hingga kearifan ekologis, semuanya terhubung dalam satu mata rantai besar pembelajaran.
Hari Guru Nasional tahun ini bukan sekadar peringatan, tetapi refleksi bahwa upaya menjaga alam dimulai dari pendidikan. Dari guru-guru masa lalu, lahir para penjaga alam hari ini. Dan dari penjaga alam hari ini, akan lahir guru-guru yang menularkan kecintaan terhadap bumi kepada generasi mendatang.
Indonesia akan kuat ketika pengetahuan dan kepedulian berjalan beriringan. Ketika guru, siswa, masyarakat, dan alam bersatu dalam satu ruang belajar yang sama, ruang belajar kehidupan.
Selamat Hari Guru Nasional.
Mari terus belajar, mengajar, dan menjaga bumi,bersama-sama. (dna)
Sumber: Balai Besar KSDA Jawa Timur

