Type to search

Berita

Jalan Damai Manusia dan Monyet Ekor Panjang di Lereng Blego

Share

Di lereng Gunung Blego, bentang alam tidak hanya menjadi ruang tumbuh bagi jati-jati hutan produksi, tetapi juga jalur hidup kawanan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Di tempat inilah, manusia dan satwa liar berbagi ruang yang kian menyempit, memunculkan konflik yang menuntut lebih dari sekadar solusi teknis, melainkan jalan damai.

Sejak awal 2025, masyarakat Desa Cileng, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, menghadapi gangguan berulang dari kawanan monyet yang memasuki kebun jagung, singkong, pisang, dan tanaman pangan lainnya. Nyaris setiap hari terjadi serangan, terutama saat musim kemarau dan musim tanam. Menurut warga, jumlah kawanan kini diperkirakan mencapai sekitar 50 ekor, meningkat dibandingkan dua hingga tiga tahun sebelumnya.

Menindaklanjuti permohonan resmi Kepala Desa Cileng, Balai Besar KSDA Jawa Timur melalui RKW 05, Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro, Bidang KSDA Wilayah I Madiun, melaksanakan kegiatan penanganan interaksi negatif masyarakat dengan Monyet Ekor Panjang pada 11–12 Desember 2025. Lokasi kebun terdampak berada sekitar dua kilometer dari Gunung Blego, kawasan hutan produksi jati yang secara ekologis menjadi habitat dan jalur pergerakan satwa tersebut, dengan lereng utara berada di wilayah Jawa Timur dan lereng selatan di wilayah Jawa Tengah.

Sebelum turun ke lapangan, tim BBKSDA Jatim telah melakukan pengumpulan bahan dan keterangan serta sosialisasi bersama aparat desa, BPBD, dan masyarakat. Pendekatan ini menegaskan bahwa konflik manusia–satwa liar tidak dapat diselesaikan dengan cara instan, apalagi represif, melainkan melalui pengelolaan ruang dan perubahan perilaku bersama.

Di lapangan, penanganan dilakukan secara kolaboratif bersama aparat Desa Cileng, Babinsa Koramil Poncol, dan sekitar 20 warga pemilik lahan terdampak. Salah satu langkah yang diambil adalah pemasangan plastik dan bahan pengusir satwa di dua titik sepanjang kurang lebih 250 meter, sebagai upaya mengurangi akses kawanan monyet ke lahan pertanian.

Namun, pemasangan penghalang fisik bukanlah satu-satunya solusi. Masyarakat juga didorong untuk melakukan pengamanan mandiri melalui penjagaan dan perondaan rutin, pengusiran dengan cara tradisional yang tidak melukai satwa, serta pembuatan pagar pembatas.

Tim turut merekomendasikan tindak lanjut berupa pencarian pohon sarang untuk memetakan pergerakan kawanan dan penanaman pohon pakan satwa di sekitar habitatnya.

Upaya-upaya ini menjadi bagian dari strategi jangka menengah, agar monyet tetap mendapatkan sumber pakan alami tanpa harus bergantung pada kebun masyarakat. Dengan demikian, keseimbangan antara perlindungan satwa dan keberlanjutan penghidupan warga dapat terjaga.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa Cileng, Babinsa, dan masyarakat menyampaikan apresiasi atas pendampingan yang dilakukan BBKSDA Jawa Timur. Bagi warga, kehadiran negara tidak hanya berarti penanganan konflik, tetapi juga pengakuan bahwa mereka tidak sendirian dalam menjaga harmoni dengan alam.

Di Lereng Blego, jalan damai itu sedang dirintis, bukan dengan mengusir kehidupan liar, melainkan dengan memahami bahwa manusia dan satwa adalah sesama penghuni lanskap yang sama.

Penulis: Fajar Dwi Nur Aji – PEH Ahli Muda BBKSDA Jatim
Editor: Agus Irwanto
Sumber: Bidang KSDA Wilayah I Madiun

Tags:

You Might also Like