Type to search

Artikel

Hutan, Lumbung Kehidupan yang Terancam

Share

Sejak peradaban manusia pertama kali terbentuk, hutan telah menjadi jantung kehidupan. Dari pepohonan menjulang hingga tanah yang menyimpan nutrisi. Hutan menyediakan pangan, air, dan udara bersih bagi miliaran makhluk hidup. Namun, di tengah krisis lingkungan dan perubahan iklim yang semakin nyata, mampukah kita menjaga hutan tetap menjadi sumber kehidupan?

Sejarah Hari Hutan Internasional
Hari Hutan Internasional, yang pertama kali ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global terhadap peran penting hutan dalam keberlanjutan hidup di Bumi. Setiap tahunnya, dunia merayakan hari bersejarah ini dengan tema berbeda. Tahun 2025, tema yang diusung adalah ”Hutan dan Pangan” sebuah pengingat bahwa hutan bukan hanya sekedar paru-paru dunia, tetapi juga meja makan bagi jutaan manusia.

Hutan, Sumber Pangan yang Tak Tergantikan
Lebih dari 1,6 miliar orang di dunia menggantungkan hidup mereka pada hutan. Hutan menyediakan pangan dalam bentuk buah liar, kacang-kacangan, umbi-umbian, madu, hingga sumber protein seperti ikan air tawar dan satwa liar yang dikelola secara lestari. Namun, perambahan, alih fungsi lahan, dan eksploitasi berlebihan mengancam keberlanjutan sumber daya ini.

Di Indonesia, hutan tropis menyimpan kekayaan pangan luar biasa. Masyarakat adat telah lama memanfaatkan keanekaragaman hayati ini sebagai bagian dari tradisi dan ketahanan pangan mereka. Sayangnya, ekspansi industri dan kebijakan yang kurang berpihak pada konservasi membuat hutan-hutan ini semakin terfragmentasi, mengancam keseimbangan ekosistem yang telah terjaga selama ribuan tahun.

Peran Rimbawan, Sang Penjaga Benteng Terakhir
Di garis depan perjuangan melindungi hutan, rimbawan memiliki tanggung jawab besar. Mereka bukan sekadar pemantau, tetapi juga pelindung, pemulih, dan pengelola sumber daya alam.

Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem hutan dalam mendukung ketahanan pangan, antara lain konservasi keanekaragaman hayati, memastikan spesies tanaman dan satwa liar tetap lestari untuk menjaga rantai pangan alami.

Restorasi Hutan yang Terdegradasi, menanam kembali spesies asli yang memiliki nilai ekologis dan pangan tinggi. Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dengan mendorong praktik agroforestri dan pemanfaatan hasil hutan non-kayu yang berkelanjutan. Serta, memastikan kebijakan perlindungan hutan ditegakkan dan mencegah eksploitasi ilegal.

Sebagai Pengendali Ekosistem Hutan, menjaga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan bukan sekedar profesi, tetapi sebuah amanah yang harus dijaga demi keberlanjutan generasi mendatang.

Masa Depan Hutan dan Ketahanan Pangan
Perubahan iklim semakin mempercepat degradasi hutan dan mengancam ketahanan pangan dunia. Jika kita tidak bertindak sekarang, masa depan bisa menjadi lebih suram daripada yang kita bayangkan.

Hari Hutan Internasional 2025 adalah panggilan untuk bertindak, bukan sekadar mengenang keindahan hutan yang pernah ada, tetapi berjuang agar hutan tetap menjadi penopang kehidupan bagi manusia dan seluruh ekosistem di Bumi.

Di setiap helai daun yang bergetar oleh angin, di setiap akar yang menyerap air dari tanah, tersimpan harapan bagi masa depan yang lebih baik. Hutan adalah warisan yang harus kita jaga, bukan hanya untuk kita, tetapi untuk setiap generasi yang akan datang.

Memperingati Hari Hutan Internasional 21 Maret 2025

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Muda pada Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like