Festival Mangrove ke-9 Pacitan Lepasliarkan Harapan di Watu Mejo
Share
Langit pesisir Pacitan menjadi saksi kembalinya empat burung pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) ke habitat alaminya. Pelepasliaran ini menjadi momen simbolik sekaligus puncak pesan konservasi dalam rangkaian Festival Mangrove ke-9 (22/12/2025).
Kegiatan pelepasliaran burung air pesisir tersebut dilaksanakan di kawasan Watu Mejo Mangrove Park, sebuah lanskap mangrove yang terus dikembangkan sebagai ruang edukasi, konservasi, dan destinasi berbasis alam. Burung pecuk padi hitam, salah satu indikator penting kesehatan ekosistem perairan dangkal dan pesisir. Mereka dilepasliarkan sebagai penanda bahwa kawasan mangrove Pacitan masih menyediakan sumber pakan, perlindungan, dan ketenangan ekologis yang dibutuhkan satwa liar.
Festival Mangrove ke-9 sendiri diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Timur, bersama jajaran pemerintah daerah, Balai Besar KSDA Jawa Timur, serta para pemangku kepentingan lintas sektor. Rangkaian kegiatan berlangsung di Pendopo Kabupaten Pacitan hingga Watu Mejo Mangrove Park, mencerminkan kesinambungan antara kebijakan, perencanaan, dan aksi nyata di lapangan.
Selain pelepasliaran burung, festival ini juga diisi dengan penanaman 1.200 batang mangrove sebagai upaya memperkuat sabuk hijau pesisir. Juga penganugerahan penghargaan Gubernur, peresmian Pendopo Watu Mejo Mangrove Park, edukasi pelestarian mangrove, pameran hilirisasi produk mangrove, serta layanan pengobatan gratis bagi masyarakat. Unsur seni dan kampanye lingkungan, menjadikan pesan konservasi lebih membumi dan mudah diterima publik.
Kegiatan Mangrove Harmony Ride yang diikuti Gubernur Jawa Timur, Bupati Pacitan, tokoh publik, dan tamu undangan, menambah makna simbolik perjalanan menuju harmoni antara manusia dan alam, dengan rute dari Pendopo Kabupaten Pacitan menuju Watu Mejo Mangrove Park.
Melalui pelepasliaran satwa diatas, Festival Mangrove ke-9 Pacitan menyampaikan pesan yang jernih, bahwa keberhasilan konservasi diukur dari keberanian alam untuk kembali percaya. Ketika burung-burung itu terbang meninggalkan genggaman manusia, harapan pun ikut terlepas, bahwa pesisir Pacitan akan terus dijaga sebagai rumah bersama bagi manusia dan keanekaragaman hayati.
Penulis: Fajar Dwi Nur Aji – PEH Ahli Muda BBKSDA Jatim
Editor: Agus Irwanto
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun

