Diselundupkan Lewat Bus Malam, 93 Burung Liar Nyaris Mati!
Share

Dalam gelapnya bagasi bus antarkota, puluhan burung berkicau pelan, sebagian dalam kondisi lemah, terkurung dalam tiga kotak buah sempit. Mereka adalah 96 ekor Merbah Terukcuk dan seekor Cucak Kutilang, burung liar yang seharusnya beterbangan bebas di antara dahan dan semak, bukan meringkuk didalam kardus menuju pasar gelap satwa.
Jumat Pagi, 30 Mei 2025, petugas Karantina BKHIT Jatim Satpel Ketapang Banyuwangi menggagalkan upaya penyelundupan satwa liar yang dikirim dari Bali ke Semarang menggunakan bus. Sebanyak 97 ekor burung liar ditemukan, 4 di antaranya sudah tak bernyawa.
Tim Matawali Resort Konservasi Wilayah (RKW) 13 Banyuwangi–Situbondo–Bondowoso dari Balai Besar KSDA Jawa Timur segera bergerak cepat. Setelah proses identifikasi dan pendataan, 93 burung yang masih hidup dibawa menuju kawasan Cagar Alam Kawah Ijen untuk dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya.
Dalam momen pelepasliaran itu, udara pegunungan yang lembab menjadi saksi kembalinya nyawa-nyawa kecil ke alam. Satu per satu, burung-burung itu terbang bebas ke rimbunnya pepohonan, seperti kembali ke rumah setelah sekian lama terasing.
Fenomena penyelundupan burung liar bukanlah hal baru. Mei belum berlalu, tiga kejadian penyelundupan melalui transportasi umum berhasil digagalkan di Banyuwangi. Indonesia, sebagai negara megabiodiversitas, menjadi ladang empuk bagi perdagangan ilegal satwa, khususnya burung-burung pengicau yang diminati karena suara dan warnanya. Perjalanan jauh tanpa izin, dalam kondisi tak layak, sering berakhir tragis, banyak yang mati sebelum sampai tujuan.
Namun kali ini, 93 nyawa berhasil diselamatkan. Mereka kembali ke hutan, ke suara alam, ke rantai ekosistem yang mereka bantu jaga. Dan bagi petugas yang mengawal mereka sejak dari bagasi bus hingga ke langit Ijen, ini bukan sekadar tugas. Ini adalah bagian dari perjuangan yang panjang, perjuangan menyelamatkan warisan hayati bangsa. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 3 Jember, Balai Besar KSDA Jawa Timur