Type to search

Berita

Deklarasi Konservasi SMK Walisongo Pacet dan BBKSDA Jatim, Road to HKAN 2025

Share

Kabut tipis masih menyelimuti kaki Pegunungan Welirang ketika suara lantang menggema dari ruang perpustakaan SMK Walisongo Pacet pagi itu, Senin, 21 Juli 2025. Bukan doa rutin atau pelajaran biasa, tetapi sebuah komitmen tak berbatas, yang menggetarkan, janji kolaborasi antara dunia pendidikan berbasis pondok pesantren dan penjaga hutan, antara bangku sekolah dan hutan-hutan Jawa yang masih tersisa. Di hadapan 138 siswa dan petugas BBKSDA Jatim, dua institusi berbeda dunia tapi satu visi menandatangani sejarah baru, sebuah deklarasi peningkatan kapasitas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Hari itu, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., dan Kepala SMK Walisongo Pacet, Erni Dwi Astutik, M.E., meresmikan deklarasi strategis selama tiga tahun ke depan. Deklarasi ini bukan sekadar simbol, melainkan program konkret, mulai dari pembaruan kurikulum kehutanan adaptif, pengiriman guru tamu dan narasumber dari praktisi konservasi hingga praktikum langsung di kawasan hutan konservasi. Serta uji kompetensi keahlian lapangan dan pelibatan siswa dalam momen-momen besar lingkungan seperti Hari Bumi, HKAN, dan Hari Keanekaragaman Hayati.

Deklarasi ini menjadi bagian dari rangkaian besar Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025, yang mengusung semangat “Membangun Sinergi Antar Generasi, Menjaga Alam Sepenuh Hati”. Sebuah ajakan menyentuh dari pemerintah untuk menjadikan konservasi bukan hanya jargon, melainkan gaya hidup dan arah kebijakan pendidikan. BBKSDA Jawa Timur menjawab tantangan ini dengan nyata, melibatkan sekolah kejuruan untuk berperan aktif, bukan sebagai penonton, tetapi sebagai pelaku konservasi.

Delapan program inti, lengkap dengan indikator waktu pelaksanaan hingga tahun ajaran 2027/2028, disepakati dan ditandatangani sebagai komitmen lintas sektor. Setiap kegiatan dirancang untuk membentuk kompetensi, mengasah kepedulian, dan menumbuhkan karakter pelindung alam dalam jiwa para siswa.

Kepala SMK Walisongo Pacet, Erni Dwi Astutik, M.E., menyampaikan bahwa deklarasi ini bukan hanya sekadar program kerja, tetapi mimpi bersama.

“Kami ingin menghadirkan pendidikan yang hidup dan menghidupkan. Kolaborasi dengan BBKSDA Jatim akan membuka jendela yang lebih luas bagi siswa kami untuk melihat realita, memahami keterhubungan antara alam dan manusia, serta mengasah kemampuan mereka menjadi pelindung ekosistem, bukan perusaknya”, ujarnya.

Erni meyakini bahwa dengan pendekatan nyata dan inspiratif dari praktisi konservasi, siswa dapat belajar lebih dari sekadar teori, mereka akan menyentuh bumi, mendengar suara satwa, dan merasakan denyut hutan.

Dalam suasana yang penuh haru, KH. Muslich Abbas, S.H., Pengasuh sekaligus Pembina Yayasan Saraswati Mojokerto, menegaskan filosofi pendidikan yang melampaui angka dan nilai.

“Bukan finansial yang kita harapkan, tapi nilai ilmu. Ilmu yang tertanam di dada anak-anak inilah yang akan tumbuh menjadi penggerak masa depan, memberi manfaat finansial dan spiritual, bagi dirinya, masyarakat, dan bumi tempat mereka berpijak”, harapnya.

Sementara itu, Nur Patria Kurniawan mengajak para siswa untuk tidak hanya cerdas dalam teori, tapi juga peka terhadap proses-proses alami.

“Konservasi adalah tingkatan tertinggi dalam pengelolaan kawasan hutan. Ia menuntut ketelatenan, keberanian, dan rasa cinta yang tidak sebentar. Anak-anak kita harus belajar dari cara alam menyelesaikan masalahnya sendiri—penuh sabar dan bersinergi”, tegas Nur.

Bayangkan, siswa-siswa ini kelak tidak hanya belajar tentang hutan dari buku, tapi menginjakkan kaki mereka di kawasan konservasi seperti Suaka Margasatwa, Cagar Alam, dan Taman Wisata Alam. Mereka akan belajar mengenali jejak satwa, mengidentifikasi suara burung, mengukur kerapatan pohon, bahkan turut menyusun laporan konservasi berdasarkan pengalaman nyata di lapangan.

Melalui pendekatan ini, generasi muda tidak hanya menjadi penerus ilmu kehutanan, tetapi agen konservasi yang mampu menjawab tantangan masa depan, dari perubahan iklim, eksploitasi alam, hingga krisis satwa liar.

Di tengah arus modernitas yang sering menjauhkan manusia dari alam, kemitraan antara BBKSDA Jawa Timur dan SMK Walisongo Pacet adalah upaya untuk menyatukan kembali keduanya. Dari ruang kelas sederhana ini, akan lahir penjaga hutan masa depan, mereka yang tak hanya mencintai alam dari kejauhan, tapi siap turun ke hutan, ke rawa, ke bukit, membawa satu pesan, bahwa alam harus dijaga, bukan hanya untuk kita, tapi untuk semua makhluk yang berbagi rumah ini.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji – Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda di BBKSDA Jatim

Tags:

You Might also Like