Type to search

Artikel

Dari Dasar Danau Purba hingga Sungai di Ujung Pulau, Jejak Krustasea Endemik Bawean Terungkap

Share

Empat hari setelah hujan terakhir membasahi Pulau Bawean, langit akhirnya cerah. Di antara pepohonan yang masih basah oleh embun, udara terasa segar dan tenang.

Pagi itu, 24 Oktober 2025, tim gabungan Balai Besar KSDA Jawa Timur bersama Tim SMART Patrol dan peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai kegiatan lapangan dalam rangka Bioprospeksi, Smart Patrol, dan Penelitian di Pulau Bawean. Tujuan mereka sederhana namun bermakna, menggali kekayaan hayati air tawar dan memperkuat data konservasi di pulau yang dikenal memiliki banyak kehidupan endemik ini.

Selama empat hari, hingga tanggal 27 Oktober 2025, tim bergerak dari satu aliran air ke aliran lainnya, menelusuri sumber-sumber air yang menjadi nadi kehidupan ekosistem pulau. Di bawah pengawasan petugas Seksi KSDA Wilayah III Surabaya, peneliti Rena Tri Hernawati, S.Si., M.Si., dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi – BRIN, melakukan pengumpulan spesimen Krustasea air tawar untuk kajian taksonomi dan analisis DNA barcoding.

Lokasi penelitian tersebar di sejumlah titik air tawar alami, baik di dalam kawasan suaka alam maupun di luar kawasan konservasi. Di dalam kawasan konservasi, tim bekerja di Danau Kastoba dan alirannya, jantung hidrologi Pulau Bawean serta di Sumber Air di Blok Gunung Durin, Blok Gunung Besar, dan Blok Batulintang. Sedangkan di luar kawasan konservasi, kegiatan dilakukan di Sungai Kotdhil di Desa Gunung Teguh, Sungai Lampeji di Desa Pudakit Barat, Air Terjun Candi di Desa Paromaan Kecamatan Tambak, dan Sungai Balik Terus di Kecamatan Sangkapura.

Selama kegiatan, tim berhasil mendokumentasikan enam jenis Krustasea air tawar dari berbagai lokasi penelitian. Di antara spesimen yang dikoleksi, tercatat jenis Macrobrachium pilimanus pygmaeum, Macrobrachium latydactylus, Caridina sp., Macrobrachium sp., Geosesarma sp., dan Parathelphusa baweanensis. Sebagian besar spesimen ditemukan di kawasan Danau Kastoba dan Sumber Katombuhan yang memiliki karakteristik perairan vulkanik dengan kadar mineral tinggi dan ekosistem yang masih terjaga.

Dari seluruh hasil penelitian, jenis Parathelphusa baweanensis menonjol secara ekologis. Jenis kepiting air tawar ini tercatat memiliki sebaran paling luas di seluruh Pulau Bawean, karena ditemukan di hampir semua lokasi pengambilan sampel, mulai dari aliran Danau Kastoba hingga sungai di Desa Balik Terus, Gunung Teguh, dan Pudakit Barat. Temuan ini menegaskan bahwa Parathelphusa baweanensis merupakan spesies indikator penting bagi kestabilan ekosistem air tawar Bawean.

Sementara itu, Macrobrachium pilimanus pygmaeum juga dikategorikan sebagai spesies endemik, hanya ditemukan di Pulau Bawean. Kedua spesies tersebut memiliki nilai penting bagi upaya konservasi genetik dan penelitian biodiversitas air tawar di Indonesia.

Pulau Bawean, yang termasuk dalam wilayah kerja Seksi KSDA Wilayah III Surabaya, merupakan bentang alam yang unik, perpaduan antara hutan tropis, danau vulkanik, aliran sungai, dan kawasan lembap yang menyerupai gambut. Meski demikian, kawasan yang sebelumnya diduga mengandung lapisan gambut masih memerlukan kajian lebih lanjut.

“Kawasan yang kami duga sebagai gambut perlu diteliti lebih lanjut, karena kami tidak menemukan udang di lokasi tersebut,” ujar Rena Tri Hernawati, menegaskan pentingnya pengamatan lanjutan di titik-titik lembap Bawean.

Selain itu, Rena juga menyoroti pentingnya menjaga kelestarian habitat di sekitar Danau Kastoba, terutama di bagian outlet danau.

“Danau Kastoba dan outlet sungainya jangan dirusak, jangan dipotas, karena hanya ada jenis-jenis tertentu yang bisa hidup di outlet tersebut,” pesannya.

Dalam kesempatan yang sama, Rena mengingatkan agar sumber-sumber air di Pulau Bawean terus dijaga, karena menjadi habitat penting bagi berbagai jenis kepiting air tawar dari genus Geosesarma, yang dikenal memiliki keanekaragaman sangat tinggi.

“Terus jaga sumber-sumber air, karena itu habitat kepiting Geosesarma yang keanekaragamannya sangat tinggi,” ujarnya.

Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., menegaskan bahwa kegiatan seperti ini adalah contoh nyata sinergi antara pengelolaan kawasan konservasi dan riset ilmiah.

“Kolaborasi antara Balai Besar KSDA Jawa Timur dan lembaga penelitian seperti BRIN menjadi langkah strategis untuk memperkuat dasar ilmiah pengelolaan kawasan konservasi. Hasil-hasil penelitian ini sangat penting, bukan hanya untuk dokumentasi keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk memastikan bahwa upaya konservasi yang kita lakukan berpijak pada data ilmiah yang akurat,” ungkapnya.

Nur Patria juga menambahkan bahwa hasil penelitian di Pulau Bawean ini akan menjadi pondasi penting bagi perencanaan konservasi jangka panjang.

“Bawean adalah laboratorium alam yang masih hidup. Tugas kita bersama adalah menjaga keseimbangannya agar manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat pulau ini dan oleh generasi yang akan datang,” pungkasnya.

Segala bentuk kegiatan penelitian, baik oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur, BRIN, maupun lembaga akademik dan riset lainnya, memiliki semangat yang sama, menghadirkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian menjadi dasar penting bagi pengelolaan kawasan konservasi, pelestarian spesies endemik, serta upaya menjaga keberlanjutan sumber daya air dan ekosistemnya secara terpadu.

Dari kedalaman tenang Danau Kastoba hingga gemericik Air Terjun Candi, dari Sungai Kotdhil yang mengalir di lembah Desa Gunung Teguh hingga riak Sungai Balik Terus di Sangkapura, seluruh perjalanan ilmiah ini menyimpan pesan ekologis yang mendalam. Bahwa kehidupan kecil di dasar air, udang, kepiting, dan krustasea yang nyaris tak terlihat, sesungguhnya adalah penjaga keseimbangan alam. Di balik diamnya air, tersimpan kisah besar tentang bagaimana alam bekerja, dan bagaimana manusia belajar untuk menjaga apa yang tersisa.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda di Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like