Type to search

Artikel

Cara Intimasi Badak dengan Pasangan

Share

 

Mandi berkubang merupakan kegiatan rutin harian yang sangat penting bagi kehidupan badak. Mereka berkubang untuk mendinginkan tubuhnya, membebaskan dari gigitan lalat yang banyak menempel di tubuh, sampai menjaga kesehatan kulit badak agar tidak pecah-pecah.

 
Demikian hasil riset yang ditulis gabungan para peneliti serta dokter hewan, yakni Marcellus Adi CT Riyanto, Rusdianto, Juss Rustandi, Sectionov, dan Andriansyah Suhaery.
 
“Oleh karena itu, badak pasti memerlukan habitat di dataran rendah, badak dapat hidup di daerah yang mudah akses terhadap air,” terang Hadi Alikodra, ahli konservasi alam dan pembinaan margasatwa IPB, dalam diskusi peluncuran buku teknik konservasi badak Indonesia.
 
Alikodra menambahkan, badak tergolong sukar reproduksi. Sifat hidup badak soliter, baru pada musim berkembang biak, badak membentuk kelompok kecil yang terdiri dari dua hingga tiga badak, jantan dan betina.
 
Pengamatan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) di Suaka Rhino Sumatera (SRS), menunjukkan perilaku kawin dimulai dengan ketertarikan antara badak jantan dan betinanya untuk saling bercumbu. Aktivitas percumbuan ini bisa beragam, yaitu adu cula, saling kejar, ataupun mounting (mencoba menaiki).
 
Selama masa percumbuan, mereka akan berkubang dan mencari makanan bersama. “Badak itu pada saat sudah punya ketertarikan, akan mengejar sang betina. Dalam jarak 60 kilometer saja dikejar. Saya amati, cara pendekatan salah satunya dilakukan dengan berkubang bersama,” kata Alikodra.
 
Percumbuan umumnya terjadi sekitar tiga hari sampai terjadi perkawinan. Badak sumatra dapat kawin sepanjang tahun sesuai siklus berahinya sekitar 20 – 28 hari. Demikian juga badak jawa diperkirakan dapat kawin sepanjang tahun.
 
Namun perkawinan yang sukses masih belum tentu menghasilkan kehamilan pada badak. Di samping itu, kelahiran dari satu anak ke anak berikut membutuhkan selang waktu 2,5 sampai tiga tahun, dengan periode hamil masing-masing 16 – 18 bulan.
 
Tingkat reproduksi pada badak jawa di TN Ujung Kulon bisa dikatakan rendah, terlihat dari stagnasi pertumbuhan populasinya.
 
Badak jawa dan badak sumatra termasuk satwa browser (pemakan semak dan daun). Makanannya bervariasi, terdiri dari berbagai spesies semak dan pohon, tapi tidak makan rumput. Bagian tumbuhan yang dilahapnya mulai dari buah, pucuk, daun, dahan, hingga batang, ranting, dan kulit pohon.
 
Badak juga memiliki perilaku berpindah atau menjelajah. Badak dikenal pejalan kaki tak kenal lelah. Menurut Widodo Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI), badak dapat bergerak sepanjang jalan, senantiasa melintasi hutan berjam-jam. Dengan sangat mudah, badak menembus pepohonan lebat, keras, dan berduri. Badak begitu kuat.
 
Ramono mengungkap bahwa saat ini populasi badak di Indonesia semakin kritis. “Betapa sedikitnya badak dibandingkan jumlah penduduk Indonesia.”
 
Duta Badak Indonesia Desy Ratnasari, meyakini, menyelamatkan badak berarti menyelamatkan hutan tropis Indonesia. “Selain tekad yang kuat, dukungan ilmu pengetahuan, dan kebijakan yang tepat, yang juga memegang peranan penting dalam pelestarian badak adalah dukungan publik,” ujar Desy. (Sumber : nationalgeographic.co.id)

 

Leave a Comment