Calon Dokter Hewan UNAIR Pelajari Penanganan Satwa Hasil Penyelamatan di WRU BBKSDA Jawa Timur
Share
Bertempat di Aula Balai Besar KSDA Jawa Timur, lima mahasiswa semester 3 dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH-Unair) telah menyelesaikan program magang selama dua minggu di Kandang Transit Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Besar KSDA Jawa Timur,30 Januari 2025. Dalam presentasinya, mereka mendapatkan pengalaman langsung dalam menangani satwa liar hasil penyelamatan, mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga translokasi satwa.
Di tengah kompleksitas dunia konservasi, memahami aspek medis, etika, serta kesejahteraan satwa menjadi kunci utama dalam menangani satwa liar. Program ini membuka wawasan bagi calon dokter hewan tentang bagaimana satwa yang diselamatkan harus dikelola dengan prosedur yang tepat sebelum mereka bisa dikembalikan ke alam atau ditempatkan di lembaga konservasi.
Mengasah Keterampilan: Dari Pemeriksaan Kesehatan hingga Manajemen Stres Satwa
Selama magang, mahasiswa terlibat langsung dalam berbagai kegiatan krusial yang menjadi bagian dari tugas rutin WRU, di antaranya:
- Pemeriksaan Kesehatan Elang Brontok
Para peserta melakukan morfometri (pengukuran tubuh) dan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh pada Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus). Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kondisi fisik dan kesehatan burung pemangsa tersebut sebelum ditentukan langkah penanganan selanjutnya. - Pemasangan Microchip
Mahasiswa juga diberikan pendampingan dalam kesempatan untuk melakukan penandaan satwa berupa pemasangan microchip pada satwa liar hasil penyelamatan. Microchip ini berfungsi sebagai tanda identifikasi yang memudahkan pemantauan satwa di kemudian hari, terutama untuk memastikan satwa tersebut tidak kembali diperdagangkan secara ilegal. - Proses Penerimaan Satwa di fasilitas WRU
Ketika satwa baru masuk ke WRU, mereka harus melalui serangkaian tahapan penting, antara lain: Identifikasi jenis, Pendataan jumlah, Pengisian Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Penempatan di kandang serta Manajemen stres satwa. Semua hal tersebut dilakukan untuk memastikan satwa tetap tenang selama proses adaptasi di lingkungan baru. - Penilaian Perilaku Elang Jawa
Mahasiswa juga mengamati perilaku Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di kandanh rehabilitasi untuk memahami aspek pola makan, pergeraka, istirahat, hingga interaksi sosialnya baik dengan sesama spesies maupun dengan manusia. Hasil dari observasi ini menjadi rekomendasi penting dalam menentukan apakah elang tersebut sudah siap untuk dilepasliarkan atau masih membutuhkan rehabilitasi lebih lanjut. - Pemindahan dan Translokasi Satwa
Salah satu pengalaman penting dalam magang ini adalah mengikuti proses translokasi satwa, yaitu pemindahan satwa dari WRU ke tempat pelepasliaran atau ke lembaga konservasi. Proses ini membutuhkan koordinasi yang baik agar satwa dapat dipindahkan dengan aman dan tetap dalam kondisi sehat.
Pelajaran Berharga dari Lapangan: Menangani Satwa Liar Butuh Ketelitian dan Etika
Hari Purnomo, Polisi Kehutanan Madya sekaligus sebagai Kapokja Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi serta Penyelamatan TSL BBKSDA Jawa Timur, menekankan bahwa semua kegiatan magang ini adalah bagian dari rutinitas yang dilakukan di kandang transit WRU. Magang ini menjadi ajang pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi calon dokter hewan untuk memahami tahapan administratif serta prosedur medis dalam menangani satwa liar hasil penyelamatan.
“Menangani satwa liar bukan hanya soal keahlian teknis, tetapi juga tentang memahami perilaku satwa dan berpikir secara luas,” ujarnya.
“Setiap jenis satwa memiliki karakteristik unik, sehingga pendekatan dalam penanganannya juga harus disesuaikan,” imbuh Syam Hendrawan, Koordinator Kandang Transit WRU.
Ia juga menambahkan bahwa di masa depan kegiatan magang seperti ini diharapkan dapat semakin berfokus pada identifikasi potensi penyakit pada satwa hasil sitaan, sehingga langkah penanganannya bisa lebih tepat dan efektif.
Refleksi Mahasiswa: Dari Teori ke Realitas
Bagi para mahasiswa yang mengikuti program ini, pengalaman di WRU memberikan perspektif baru tentang dunia konservasi satwa liar. Mereka menyadari bahwa penyelesaian masalah di lapangan tidak semudah yang dikaji dalam teori. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menangani satwa, mulai dari aspek medis hingga regulasi dan kesejahteraan satwa itu sendiri.
Magang ini bukan hanya tentang mendapatkan ilmu baru, tetapi juga tentang membangun kesadaran dan kepedulian terhadap satwa liar yang terus menghadapi ancaman perdagangan ilegal, perburuan, serta kerusakan habitat. Dengan semakin banyaknya calon dokter hewan yang memiliki pengalaman langsung di lapangan, diharapkan masa depan konservasi satwa liar di Indonesia bisa lebih terjaga.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar magang, tetapi juga langkah awal bagi generasi baru dokter hewan untuk memahami bahwa konservasi satwa liar membutuhkan lebih dari sekadar teori, diperlukan dedikasi, keterampilan, dan kepedulian untuk benar-benar melindungi mereka.
Sumber : Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Muda Balai Besar KSDA Jawa Timur