Type to search

Berita

Bukan Sekadar Pohon Tumbang, Alam di Bawean Sedang Mengajar Kita Cara Memulihkan Hutan

Share

Di terjalnya lereng Suaka Margasatwa Pulau Bawean, sebuah pohon raksasa tiba-tiba rebah. Batangnya melintang sepanjang hampir lima belas meter, diameternya setara pelukan beberapa orang dewasa.

Bagi sebagian orang, tumbangnya pohon Binong (Tetrameles nudiflora) ini terasa seperti ancaman, terlebih letaknya berada tak jauh dari sumber air warga di Kelompok IPA Buah Duren, Blok Gunung Besar. Namun, di balik suara runtuh yang menggetarkan tanah, alam sebenarnya sedang bekerja.

Pada Selasa pagi, 30 Desember 2025, tim RKW 10 Bawean – Balai Besar KSDA Jawa Timur bergerak cepat menindaklanjuti laporan masyarakat. Petugas melakukan pengukuran, dokumentasi, dan pengecekan keselamatan di lokasi. Hasilnya menenangkan, material kayu memang memenuhi lantai hutan, tetapi tidak menutup aliran utama sumber air. Akses warga masih bisa dilakukan dengan hati-hati.

Di sekitar batang tumbang, beberapa pohon lain ikut roboh, Aren (Arenga pinnata), Tanjang Gunung (Garcinia celebica), dan cabang besar Kayu Bulu (Irvingia malayana). Kondisi tanah yang licin dan potensi longsoran kecil tetap menjadi catatan kewaspadaan, terutama saat hujan turun.

Karena lokasi berada di dalam kawasan Suaka Margasatwa, setiap tindakan harus mengutamakan perlindungan kawasan. Artinya, tidak semua yang tumbang harus dibersihkan. Intervensi hanya dilakukan bila mengancam keselamatan, memicu kebakaran, atau merusak fungsi vital kawasan.

Secara ekologis, kayu yang rebah bukanlah “sampah”. Ia akan perlahan terurai, menjadi sumber nutrisi baru bagi tanah, menjadi rumah bagi jamur dan serangga, serta membuka jendela cahaya di kanopi, menjadi ruang alami bagi tunas-tunas baru untuk tumbuh. Di sinilah pelajaran konservasi bekerja, bahwa hutan memiliki cara sendiri untuk memulihkan dirinya.

Ke depan, tim akan melakukan monitoring berkala, memastikan aliran air tetap aman dan tidak terbentuk bendungan alami. Jika diperlukan, pembersihan hanya dilakukan pada jalur akses patroli, tanpa memindahkan kayu tumbang dari area inti. Koordinasi akan terus dilakukan jika muncul risiko terhadap keselamatan masyarakat.

Di Pulau Bawean, tumbangnya satu pohon bukanlah tanda kerusakan semata. Ia adalah bagian dari siklus panjang kehidupan hutan, sebuah cerita tentang bagaimana manusia belajar untuk tidak selalu “mengatur”, tetapi mendampingi alam bekerja dengan caranya sendiri.

Penulis: Fajar Dwi Nur Aji – PEH Ahli Muda BBKSDA Jatim
Editor: Agus Irwanto
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik

Tags:

You Might also Like