Bersama Hujan, Para Penjaga Alam Menyusuri Rimba Lereng Wilis
Share
Hujan turun perlahan di lereng Gunung Wilis. Tetes-tetes air menimpa daun pasang yang lebar, jatuh berderai di tanah basah, menimbulkan aroma khas humus hutan yang begitu kuat.
Kabut pekat menari di antara batang pohon, menutup pandangan, namun tidak menyurutkan langkah para penjaga alam. Di tengah senyap yang hanya dipecah oleh bunyi hujan dan desir angin, mereka melangkah pelan tapi pasti, menyusuri jalur curam dan licin di jantung Cagar Alam Gunung Sigogor.
Selama empat hari, dari 28 hingga 31 Oktober 2025, tim dari Resort Konservasi Wilayah (RKW) 06, di bawah Seksi Konservasi Wilayah II Bojonegoro, melaksanakan SMART Patrol di Blok Patak Banteng. Kegiatan ini bukan sekadar patroli biasa. Ia adalah bagian dari kerja ilmiah yang mendalam, mencatat, memetakan, dan memahami denyut kehidupan liar di kawasan konservasi yang menjadi benteng ekosistem Pegunungan Wilis.
Dengan peralatan sederhana, jas hujan, GPS, dan aplikasi Avenza Maps serta SMART Mobile, dua tim bergerak ke arah berbeda. Tim A menelusuri grid 201 hingga 245, meliputi area sekitar 7,25 Ha, sedangkan Tim B menyusuri grid 205 hingga 247 seluas 6,22 Ha.
Hujan yang tak kunjung reda membuat tanah becek dan jalur semakin berat dilalui, namun langkah mereka tak surut. Setiap titik koordinat direkam, setiap perjumpaan dengan flora dan fauna dicatat dengan teliti, karena setiap temuan berarti data, dan setiap data adalah bukti kehidupan.
Dari balik tetesan hujan, hutan Sigogor berbicara dalam bahasa alamnya sendiri. Tim A menemukan berbagai jenis tumbuhan khas hutan pegunungan seperti Pasang (Lithocarpus sp.), Nyampuh (Pygeum parviflorum), Rotan (Calamus sp.), Wesen (Dodonea viscosa), dan Suren (Toona surenii). Sementara Tim B mencatat keragaman vegetasi lain: Kayu Jurang, Apak (Ficus sp.), Morosowo (Engelhardtia spicata), Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana), serta dua spesies anggrek liar yang mencuri perhatian Calanthe triplicata di tanah lembap dan Dendrobium sp. yang menempel di batang pohon tua.
Di antara gemericik air, beberapa satwa pun muncul sekilas. Seekor Kijang (Muntiacus muntjak) berlari cepat melintasi jalur sempit, sementara dari atas kanopi terdengar kicauan Burung Kapas Gunung (Fulvetta cinereiceps) dan warna mencolok Paok Pancawarna (Hydrornis guajana) yang menembus gelapnya rimba primer.
Hutan yang basah oleh hujan seolah hidup, menampilkan denyut kehidupannya di tengah kesunyian. Meski cuaca kurang bersahabat, seluruh kegiatan berlangsung aman dan lancar.
Tidak ditemukan adanya gangguan atau ancaman terhadap kawasan konservasi. Namun, sebagaimana semangat para penjaga alam, ketenangan bukan alasan untuk berhenti. Di sela waktu istirahat, tim juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar kawasan, menanamkan pesan penting bahwa menjaga hutan berarti menjaga sumber kehidupan.
Cagar Alam Gunung Sigogor adalah rumah bagi ribuan spesies, penyangga keseimbangan ekologis lereng Wilis. Melalui kegiatan SMART Patrol, Balai Besar KSDA Jawa Timur terus memastikan kawasan ini tetap lestari dengan pendekatan berbasis sains, menggabungkan teknologi, observasi lapangan, dan semangat konservasi.
Hujan yang mengguyur, kabut yang menutupi pandangan, dan medan yang menantang tak pernah menjadi penghalang. Di tengah sunyi rimba dan derasnya hujan, para petugas itu tetap berjalan, karena bagi mereka, setiap langkah di tanah basah Sigogor adalah wujud pengabdian.
Di balik kabut, mereka menulis kisah tanpa suara, kisah tentang keteguhan, kesetiaan, dan cinta yang tulus pada alam. Dan di sanalah, di antara rintik hujan yang abadi, jejak para penjaga hutan itu tetap tertinggal, sebagai tanda kehidupan yang terus dijaga. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur

