Benang Pengancam Alas Ireng
Share

Di tengah rimbunnya Cagar Alam Gunung Sigogor, sebuah temuan kecil mengungkap ancaman besar, beberapa helai benang tipis terbentang diam-diam di antara batang pohon, nyaris tak terlihat mata manusia. Bagi burung-burung hutan, jerat itu ibarat perangkap maut yang merenggut kebebasan dari langit.
Temuan ini terjadi saat SMART Patrol yang dilaksanakan tim Resort Konservasi Wilayah (RKW) 06 Seksi KSDA Wilayah II, pada 22–25 September 2025. Patroli difokuskan di Blok Secentong, kawasan inti Cagar Alam Gunung Sigogor, Kabupaten Ponorogo, mencakup grid 227 hingga 249 dengan luasan sekitar 4,44 hektare. Dengan kondisi cuaca cerah hingga mendung, tim menelusuri jalur setapak, mencatat flora-fauna, sekaligus mengawasi jejak ancaman terhadap kelestarian kawasan.
Di sela keheningan hutan yang dipenuhi pohon gondang, pasang, hingga anggrek permata yang langka, tim mendapati bukti nyata praktik perburuan, sisa benang jerat yang terikat dari batang ke batang. Benang tipis itu mungkin terlihat sepele, namun menjadi bukti aktivitas manusia yang mengintai satwa liar, terutama burung.
Selain jerat, tim juga mencatat kehadiran satwa penting seperti elang hitam (Ictinaetus malayensis), kijang (Muntiacus muntjak), takur (Psilopogon pyrolophus), musang (Paradoxurus hermaphroditus), hingga jejak yang diduga milik macan kumbang (Panthera pardus). Semua temuan ini menegaskan betapa Gunung Sigogor masih menjadi rumah bagi keragaman hayati Jawa Timur.
Namun, bayangan ancaman selalu ada. Jerat burung dan jaring ilegal bukan sekadar tindak pelanggaran hukum, melainkan juga ancaman nyata bagi kelestarian satwa terbang yang berperan penting menjaga keseimbangan ekosistem.
Sebagai langkah awal solusi, tim BBKSDA Jatim tidak hanya mencatat dan mengamankan bukti, tetapi juga melakukan sosialisasi singkat dengan masyarakat sekitar kawasan. Dialog sederhana ini menjadi jembatan kesadaran, bahwa hutan bukan sekadar ruang hidup bagi satwa, melainkan juga penopang kehidupan manusia.
Patroli rutin berbasis SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) akan terus digiatkan untuk mendeteksi potensi ancaman sejak dini. BBKSDA Jatim juga mengajak masyarakat menjadi garda depan konservasi dengan melaporkan setiap indikasi jerat atau perburuan liar.
Benang itu hanyalah sisa kecil, tapi bisa menjadi awal bencana ekologi jika dibiarkan. Kita harus memutus jerat, bukan hanya dari pohon ke pohon, tetapi juga dari pola pikir lama menuju kesadaran baru yaitu bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur