Type to search

Berita

Begini Cara BBKSDA Jawa Timur Menjaga Harapan Penyu di Bajulmati

Share

Di garis pasir Pantai Bajulmati, Malang, 148 tukik perlahan merayap menuju ombak pertama dalam hidupnya. Sebanyak 96 tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan 52 tukik Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dilepaskan ke habitat alaminya oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur bersama Yayasan Konservasi Penyu Jawa Timur (27/12/2025).

Momentum ini bukan sekadar seremoni belaka. Sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 mengubah tata kelola konservasi, kewenangan pengelolaan penyu berpindah ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Kebijakan tersebut ditegaskan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 66 Tahun 2025 tentang Jenis Ikan yang Dilindungi, yang menetapkan seluruh jenis penyu dalam perlindungan penuh, dari telur, tukik, individu dewasa hingga produk turunannya.

Pergeseran kewenangan ini menuntut kerja bersama lintas lembaga. Di sinilah BBKSDA Jawa Timur berperan sebagai penghubung penting dimasa transisi, memastikan prosedur konservasi di darat berjalan benar, memperkuat edukasi masyarakat, serta menyinergikan pengawasan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut.

Di lapangan, tantangannya nyata, perburuan, tekanan wisata yang tak terkelola, kerusakan habitat, hingga pencemaran. Karena itu, BBKSDA Jawa Timur mendorong kolaborasi multipihak.

Pelepasliaran di Bajulmati dihadiri Babinkamtibmas Gajah Rejo, Perhutani KPH Malang, Polairud dan TNI AL Sendang Biru, dan akademisi dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya. Serta, sekitar 40 perwakilan masyarakat. Kehadiran mereka menegaskan bahwa konservasi tidak bisa dikerjakan sendirian.

Rangkaian kegiatan dibuka dengan Sekolah Alam, memperkenalkan siklus hidup penyu dan ancaman yang mengintai telur di pantai wisata. Dilanjutkan sosialisasi bahwa penyu adalah satwa dilindungi, pengambilan, perdagangan, atau konsumsi bagian tubuhnya dilarang. Setelah serah terima tukik, petugas BBKSDA memastikan prosedur pelepasliaran sesuai kaidah, zona aman, minim gangguan, dan memberi kesempatan tukik menapaki pasir, sebuah fase penting yang membantu penyu “merekam” pantai kelahirannya sebagai penuntun ketika kelak kembali bertelur.

Satu per satu tukik menyatu dengan ombak. Para pegiat konservasi memahami bahwa hanya akan ada sebagian kecil yang akan bertahan hingga dewasa. Namun setiap tukik yang kembali ke laut adalah investasi panjang bagi ekosistem.

Bagi BBKSDA Jawa Timur, pesan hari itu sederhana, bahwa konservasi tidak berhenti di garis ombak. Mengedukasi, mengawasi, dan merawat kepercayaan masyarakat adalah jalan panjang agar penyu tetap hadir, bukan sekadar tinggal cerita.

Penulis: Fajar Dwi Nur Aji – PEH Ahli Muda BBKSDA Jatim
Editor: Agus Irwanto
Sumber: Bidang KSDA Wilayah III Jember

Tags:

You Might also Like