Type to search

Berita

BBKSDA Jatim Genjot Pembinaan Penangkar di Bidang KSDA Wilayah I Madiun

Share

Di antara lengangnya kota reog yang kental budaya, satu perjalanan penuh makna menyusuri wilayah Madiun hari itu menyimpan misi besar, menyelamatkan masa depan spesies liar lewat tangan-tangan para penangkar. Tim Balai Besar KSDA Jawa Timur bergerak dalam sunyi, membawa kabar baru dari hulu konservasi, aturan, sistem, dan arah kebijakan yang tak lagi bisa ditawar.

Bugiono, Pengendali Ekosistem Hutan Madya yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Kerja Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar BBKSDA Jatim, hadir secara dalam agenda penting ini. Ia meluangkan waktu di sela evaluasi izin pengedar tumbuhan dan satwa liar di Kabupaten Ponorogo, untuk menyapa 16 unit penangkar yang tersebar di bawah naungan Bidang KSDA Wilayah I Madiun.

Pembinaan yang dilaksanakan pada 6 Agustus 2025 ini bukan sekadar temu teknis, tetapi menjadi panggung strategis memperkuat sinergi antara negara dan masyarakat pemanfaat. Hadir lengkap jajaran staf teknis dari Bidang KSDA Wilayah I Madiun, seluruh Kepala Resort lingkup Seksi KSDA Wilayah I Kediri dan Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro.

“Penangkaran bukan hanya tentang memelihara spesies. Ia adalah bagian dari sistem pemulihan, pengamanan genetik, dan pengelolaan yang berpihak pada keberlanjutan. Maka, seluruh pengelola perlu adaptif terhadap perubahan regulasi,” tegas Bugiono dalam arahannya.

Pembinaan ini juga sekaligus menjadi media sosialisasi dokumen peraturan tumbuhan dan satwa liar terbaru yang mengatur tentang mekanisme perizinan, pemanfaatan, serta tata kelola peredaran tumbuhan dan satwa liar, sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 18 Tahun 2024. Salah satu poin krusial adalah penekanan pada validitas data, karena tanpa data, pengelolaan akan kehilangan arah.

“Balai Besar KSDA Jawa Timur tengah mengembangkan database satwa dan tumbuhan liar dari seluruh unit penangkaran. Ini bukan sekadar alat kontrol administratif, melainkan dasar untuk membaca dinamika populasi, tren spesies, hingga potensi pelepasliaran ke habitat alaminya,” jelas Bugiono.

Upaya ini, lanjutnya, menjadi bagian dari penguatan peran penangkar sebagai pilar dalam sistem konservasi ex-situ, namun tetap terhubung dengan misi pelestarian in-situ. Penangkar bukan sekadar entitas bisnis, tetapi mitra konservasi yang produktif dan terukur.

Melalui forum tatap muka yang intens, peserta pembinaan juga diberi ruang untuk menyampaikan berbagai tantangan di lapangan, mulai dari keterbatasan sumber daya, kendala teknis pengembangbiakan, hingga kebutuhan dukungan kebijakan yang lebih progresif.

Penangkaran yang kita bangun hari ini adalah benteng terakhir bagi spesies yang terancam. Jika kita abai terhadap tata kelolanya, maka kita sedang menggiring mereka ke ambang kepunahan yang kita buat sendiri. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balasi Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like