Type to search

Artikel

Anggrek Hantu dari Cagar Alam Pulau Sempu

Share

Malang, 4 Oktober 2025. Pulau Sempu kembali menyingkap misteri alamnya. Di hutan lembap Pantai Tanjung, Cagar Alam Pulau Sempu, sebuah sosok mungil yang nyaris tak terlihat manusia akhirnya terungkap. Adalah Taeniophyllum sp., anggrek epifit langka yang dikenal sebagai “anggrek hantu” tumbuhan miniatur yang hidup menggantung di batang pohon, hampir tanpa daun, seakan menjadi roh yang menyatu dengan inangnya.

Temuan penting ini dilakukan oleh Dian Ayu Wahyundari, Polisi Kehutanan Muda Balai Besar KSDA Jawa Timur, yang juga cukup tertarik dengan dunia anggrek. Bersama tim survei Lima Taksa Jenis Lutung Jawa, langkah kakinya menelusuri jejak sunyi hutan tropis Sempu akhirnya menghadirkan penemuan yang menggetarkan hati para pemerhati konservasi.

“Keberadaan Taeniophyllum sp. ini menegaskan betapa masih banyak kekayaan biodiversitas Sempu yang belum sepenuhnya kita pahami. Anggrek ini sangat rapuh, hanya tumbuh pada kondisi hutan yang benar-benar sehat,” ungkap Dian Ayu, sembari menatap batang pohon tua tempat anggrek mungil itu melekat.

Kisah Penemuan di Hutan Pantai
Siang itu, semilir angin laut bercampur dengan aroma tanah basah menyeruak saat tim survei menembus rimba Pantai Tanjung. Setiap langkah adalah pengamatan, setiap pandangan adalah pencarian. Hingga akhirnya, pada sebatang pohon tua yang berlumut, Dian Ayu mendapati seberkas hijau halus yang tak biasa.

Hanya sebesar ruas jari, Taeniophyllum sp. melekat rapat di kulit pohon. Tanpa bunga mencolok, tanpa daun lebar yang menggoda pandangan, ia justru menampilkan kesederhanaan yang menakjubkan, akar-akar kecil yang melilit, menyerap kelembapan, dan bertahan dalam senyap.

Anggrek epifit ini bukan sekadar catatan botani. Kehadirannya menandakan bahwa ekosistem hutan Pantai Tanjung masih menjaga kualitas hidup yang tinggi. Spesies seperti Taeniophyllum hanya bisa bertahan di habitat alami dengan kelembapan stabil, hutan teduh, dan simbiosis jamur mikoriza yang masih terjaga.

Bila hutan terganggu, spesies rapuh ini akan menjadi yang pertama menghilang. Dengan demikian, penemuan Dian Ayu tidak hanya menambah daftar flora Pulau Sempu, tetapi juga memperkuat alasan mengapa kawasan ini harus tetap terlindungi dari ancaman degradasi. Bagi Dian Ayu, anggrek bukan sekadar tumbuhan hias. Ia adalah simbol ketahanan dan kerentanan alam sekaligus.

“Setiap anggrek punya cerita. Taeniophyllum sp. mengajarkan kita untuk lebih peka pada detail kecil yang sering terlewat. Tugas kita adalah memastikan mereka tetap hidup, agar anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikan keajaiban ini,” ujarnya.

Temuan ini menjadi bukti nyata bahwa Pulau Sempu masih menyimpan rahasia besar dalam skala kecil. Di balik megahnya lutung jawa, elang laut, dan hutan pantai tropis, ada kehidupan mungil yang berharga, anggrek hantu dari Pantai Tanjung.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda di Balai Besar KSDA Jawa Timur

Tags:

You Might also Like