A. Dasar Penunjukan dan Luas
Kawasan hutan pegunungan ijen ditunjuk sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.46 tanggal 9 Oktober 1920 Stbl No.736 dengan luas 2.560 ha. Pada perkembangan selanjutnya, tanggal 10 Desember 1981 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.1017/Kpts-II/Um/12/1981 menetapkan sebagian dari kawasan Cagar Alam Kawah Ijen seluas 92 ha menjadi Taman Wisata Alam Kawah Ijen, sedangkan sisanya seluas 2.468 ha tetap sebagai cagar alam.
B. Letak/Lokasi
Secara geografis Cagar Alam Kawah Ijen terletak antara 8°2’30’’ – 8°5’30” -114°12’30’ – 114°16’30’’ BT. Disebelah utara dibatasi oleh hutan lindung Gunung Remuk dan sebelah Barat dibatasi oleh jalan lintas Banyuwangi – Bondowoso, Aliran sungai Banyulinu merupakan batas sebelah Selatan, sedangkan batas Timurnya adalah lereng Gunung Merapi.
Secara administratif pemerintahan, kawasan Cagar Alam Kawah Ijen terletak dalam 2 (dua) wilayah yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso.
C. Potensi Kawasan
• Flora
Keanekaragaman hayati yang ada di Cagar Alam Kawah Ijen cukup melimpah. Tipe vegetasi di kawasan Cagar Alam Kawah Ijen secara umum dibagi berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, antara lain :
1. Daerah ketinggian 700 – 1000 mdpl yang disebut dengan Montane Rain Forest (Hutan Hujan Pegunungan)
Meliputi daerah sekitar Totogan dan hutan lindung. Daerah ini pada umumnya di dominasi oleh pohon-pohon dari famili Fagaceae, Magnoliaceae, Ericaceae, Hamamelidaceae serta Coniferae.
2. Daerah ketinggian 1.000 – 2.500 m dpl yang disebut dengan high Montane Rain Forest (Hutan Hujan Pegunungan Tinggi)
Daerah ini merupakan daerah yang dominan di kawasan CA/TWA Kawah Ijen, merupakan peralihan antara Hutan Hujan Pegunungan dengan Hutan Hujan Sub Alpin, oleh karena itu vegetasi yang dijumpai merupakan kombinasi antara famili vegetasi di Hutan Hujan Pegunungan dan Hutan Hujan Sub Alpin. Jenis vegetasi dominan berupa Compositae (Eidelweiss) dan Ericaceae (Vaccinium)
3. Daerah ketinggian 2.500 – 4.000 m dpl yang disebut dengan Sub Alpin Rain Forest (Hutan Hujan Sub Alpin)
Hanya sebagian kecil saja yang merupakan tipe vegetasi Hutan Hujan Sub Alpin di kawasan CA/TWA Kawah Ijen, yaitu di daerah Gunung Merapi yang mempunyai ketinggian sekitar 2.800 m dpl. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan semak dan perdu, mengingat kondisi yang lingkungan yang kurang mendukung dan semakin besarnya pengaruh gas senyawa belerang.
Terdapat juga Hutan Pegununga Kering dan Semak Alpin. Hutan Pegunungan Kering didominasi Cemara (Casuarina junghuniana) dengan rumput penutup di dasar yang mudah terbakar. Sedangkan Semak Alpin berada di atas garis tumbuh pohon pada gunung-gunung yang paling tinggi. Semak seperti ini biasanya didominasi suku Ericaceae, misalnya Vaccinium dan tumbuhan seperti Schima, Potentilla serta Hypericum.
Telah teridentifikasi 86 jenis flora di kawasan CA Kawah Ijen yang terdiri dari semak, epifit, perdu, tumbuhan bawah, pohon dan rumput. Jenis pohon yang mendominasi adalah Cemara (Casuarina junghuniana) yang sebarannya merata dan merupakan ciri khas vegetasi dataran tinggi.
• Fauna
Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai di kawasan CA Kawah Ijen antara lain ; Macan kumbang/tutul (Panthera pardus), Kucing hutan/ Macan rembah (Felis bengalensis), Ajag (Cuon alpinus), Lutung jawa (Trachypithecus auratus), Tupai terbang (Petaurista elegan), Tupai tanah (Lariscus insignis) dan Tupai pohon (Scuridae), Kijang (Muntiacus muntjak), Jelarang (Ratufa bicolor), Babi hutan (Sus verrucosus), Banteng (Bos javanicus), garangan (Herpectes javanicus) dan Luwak (Paradoxurus hermaproditus).
Terdapat 107 jenis burung, 21 jenis merupakan jenis endemik. Burung endemik tersebut antara lain ; Walik kepala ungu (Ptylinopus porphyreus), Cekaka jawa (Halcyon cyanoventris), Sepah gunung (Pericrocotus miniatus), Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus), Kipasan bukit (Rhipidura euryura) dan ayam hutan hijau (gallus varius).
2 Comments
[…] bbksdajatim.org; Agustus 2017 […]
[…] BANYUWANGI – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Ijen naik status menjadi tanggap darurat. Penetapan status tersebut, ditetapkan di hari ke empat terjadinya Karhutla yang berawal dari kebakaran di hutan Gunung Ranti. Kemudian merembet ke kawasan Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup. […]