Gerakan tanam 10.000 mangrove di Pulau Bawean bukan sekadar seremoni lingkungan. Ia bagian dari perlawanan sunyi melawan abrasi yang kian menggigit daratan.
Pulau Bawean sedang berbenah. Di tengah laju abrasi yang menggerus garis pantainya dari tahun ke tahun, ribuan bibit mangrove ditebar di dua titik krusial pada 28 dan 29 Juli 2025. Pantai Dedawang di Desa Telukjatidawang, Kecamatan Tambak, dan kawasan Hutan Mangrove Hijau Daun di Desa Daun, Kecamatan Sangkapura.
Penanaman 10.000 bibit mangrove itu dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Mangrove Sedunia 2025. Di balik seremoni tanam itu, ada kegelisahan yang lama dipendam, pesisir Bawean terus menipis. Rumah warga, tambak, hingga akses jalan di beberapa desa perlahan mendekati laut. Abrasi bukan ancaman masa depan, tapi kenyataan hari ini.
Kelompok Masyarakat Wisata Pulau Cina dan Pokmaswas Hijau Daun menjadi penggerak utama kegiatan ini, menggandeng PLN Nusantara Power sebagai mitra CSR. Turut terlibat aparat kecamatan, kepolisian, dinas kelautan, para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata dari UGM dan Unisda Lamongan, serta anak-anak sekolah dasar yang ikut menanam.
Rangkaian kegiatan diisi dengan penyerahan simbolis bibit oleh pihak korporasi kepada pemerintah desa, disusul penanaman massal oleh berbagai pihak. Di Pantai Dedawang, tanah yang dahulu gersang kini mulai berakar. Di Hutan Mangrove Hijau Daun, vegetasi yang pernah hilang satu dekade lalu mulai tumbuh kembali.
Mangrove diyakini sebagai solusi alami pengendalian abrasi. Akar-akar serabutnya mampu mengikat sedimen dan menahan gelombang laut. Tapi prosesnya tak instan. Diperlukan waktu bertahun-tahun agar kawasan pesisir kembali stabil, jika bibit yang ditanam dirawat dan dijaga dari kerusakan.
Gerakan ini juga menjadi cermin pentingnya kolaborasi multipihak. Tak mungkin konservasi berjalan sendiri, apalagi di pulau terpencil seperti Bawean. Diperlukan kehadiran negara, peran masyarakat, dan kesadaran korporasi untuk mencegah krisis ekologis yang lebih dalam.
Hadirnya Balai Besar KSDA Jawa Timur, melalui Seksi KSDA Wilayah III Surabaya, mengambil bagian kegiatan ini merupakan upaya memperkuat benteng alam di pulau kecil ini. Dalam peta konservasi pesisir, Bawean kini kembali ditandai hijau.
Tapi perjuangan belum selesai. Menanam mangrove hanya langkah awal. Yang lebih sulit adalah memastikan mereka tumbuh. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur