Lepas Isya’ seluruh peserta dan panitia Summer Camp 2018 berkumpul di Base Camp, Dusun Toyomerto, Pupus, Ponorogo, 18 September 2018. Malam itu, dilaksanakan evaluasi dan pengolahan data yang telah dihasilkan.
Mengawalinya, Andik Sumarsono, Kepala Seksi Konservasi Wilayah ll memperkenalkan struktur organisasi dan wilayah kerja BBKSDA Jatim. Tak lupa ia menjelaskan tujuan Summer Camp, yakni melengkapi data kehati pada Cagar Alam (CA) Gunung Picis, dan CA. Gunung Sigogor.
“Ini menjadi masukan untuk pengelolaan kawasan ke depan. Dan Summer Camp ini menjadi kegiatan pertama di Jatim, mungkin di Indonesia,” imbuhnya.
Hal ini diamini Gunawan, menurutnya kegiatan seperti ini belum pernah dilakukan oleh pengelola kawasan konservasi lainnya. Dimana masyarakat bisa turut serta melengkapi data-data potensi kehati sebuah kawasan.
“Bisa dibayangkan bagaimana 2 cagar alam ini diurus hanya oleh 4 petugas saja. Maka, kita sebagai masyarakat harus mulai ikut peduli terhadap pengelolaan kawasan konservasi,” ujar Gunawan.
Gunawan mengharapkan setelah dari kegiatan ini, peserta mulai dapat bayangan mau penelitian disini. Karena, cagar alam sangat terbuka untuk Kegiatan tersebut.
Dapat Ilmu, Dapat Teman
Beberapa peserta saat memberikan pesan dan kesannya, banyak menjumpai pengalaman baru selama Summer Camp ini. Seperti Ibnu dari Saka Wana Bakti Madiun yang menceritakan betapa sulitnya mengumpulkan data dengan kondisi medan yang sulit.
Berbeda dengan Jessica dari Mapalipma IPM yang sangat terkesan dengan jalannya Summer Camp.
“Ini adalah kegiatan yang sangat berwawasan sekali,” tambah mahasiswi asli NTT ini.
Firda lsdianto dari Student English Forum UNSOED beda lagi. Ia sangat berterima kasih, karena pesertanya beragam latar belakang, bukan hanya untuk orang yang expert saja, sehingga manfaatnya semakin besar. Ini pengalaman yang berharga. Ia berharap, perlu dipertimbangkan metode yang khusus medan berat. Begitu juga peralatan yang lebih memadai guna proses identifikasi.
Beberapa peserta tidak menyangka kalau kegiatan Summer Camp berupa eksplorasi di kawasan konservasi. Seperti yang disampaikan Clarissa Ruby Fortuna dari Institut Teknologi Bandung.
“Seperti kuliah lapangan, namun lebih menantang dilepas, Seru dan ekstrim,” kata mahasiswi asli Bogor ini.
Clarissa juga ingin memperkenalkan bahwa di ITB juga ada Jurusan Kehutanan.
Sedangkan Pretty yang asli Medan mengumpamakan Summer Camp itu seperti perjalanan berangkat yang 2,5 jam dan pulangnya hanya 30 menit.
“Bikin melorot terus pak medannya,” ujarnya yang disambut tawa oleh semua yang hadir.
Demikian pula Edy dari KSL IPM Malang yang menyebutkan bahwa kedua cagar alam memiliki medan yang berat.
Azizah, Mahasiswa Perbankan IAIN Ponorogo, mengatakan sangat terkesan dengan pengalaman baru dan ilmu yang ia dapatkan, serta kenal dengan teman-teman dari berbagai daerah.
Semangat Peserta Mengagumkan
Nyomo, Kepala Resort Konservasi Wilayah 06 Ponorogo, sangat kagum dengan semangat para peserta. Namun ia tetap mengingatkan untuk tetap menjaga kesehatan selama kegiatan berlangsung.
Panitia meminta agar peserta tetap melatih kemampuan yang dimiliki dan tetap menjaga tali silaturahim satu sama lain.
Sebelum mengakhiri, Gunawan mengingatkan lagi bahwa apa yang disampaikan tadi menjadi masukkan bagi semua untuk perbaikan kegiatan kedepannya. Harapannya, masih ada kegiatan serupa di masa mendatang.
Mewakili pihak BBKSDA Jatim, Dhany Triadi mengatakan bahwa masih ada PR bagi pelaksana kegiatan, yakni mengolah data yang masih belum matang. Sehingga diharapkan data yang ada dapat dibuat buku potensi kehati di kedua cagar alam. Ia-pun berterima kasih atas bantuan peserta Summer Camp dalam ikut mengidentifikasi kekayaan dari kedua cagar alam. Semoga pengalaman dan ilmu yang didapat dari kegiatan ini bisa ditularkan dan diterapkan di tempat asal masing-masing.
Setelah makan malam bersama, peserta melanjutkan kegiatan pengolahan data hasil eksplorasi. Tak lupa saling membagi pengalaman di lapangan selama Summer Camp berlangsung. (Agus Irwanto)