Semangat Hari Pendidikan Nasional Dari Tepi Hutan

Share

Setiap tanggal 2 Mei, bangsa ini memperingati Hari Pendidikan Nasional sebagai momen refleksi untuk memajukan pendidikan yang inklusif dan bermutu. Tahun 2025, dengan tema nasional “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua” menjadi panggilan yang kuat, tidak hanya bagi lembaga pendidikan formal. Namu juga bagi institusi yang mengemban amanah pelestarian alam, seperti Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim).

Di tengah tekanan terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati, pendidikan menjadi instrumen strategis dalam menyelamatkan masa depan alam. Di sinilah BBKSDA Jatim mengambil peran, menjadikan konservasi sebagai wahana pendidikan yang hidup dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

Konservasi sebagai Wahana Belajar
Konservasi bukan sekadar menjaga hutan dari kerusakan, tetapi juga menghidupkan pengetahuan lokal, membangun kesadaran ekologis, dan menanamkan nilai tanggung jawab lintas generasi. Melalui berbagai program penyadartahuan, BBKSDA Jatim membuka jendela pembelajaran bagi masyarakat sekitar kawasan konservasi, siswa sekolah, mahasiswa, hingga wisatawan.

Di Taman Wisata Alam (TWA) seperti Kawah Ijen, Tretes, dan Gunung Baung, edukasi konservasi dilakukan melalui kegiatan interpretasi lingkungan. Di kawasan Suaka Margasatwa dan Cagar Alam, pelajar kerap diajak mengenal keanekaragaman hayati, mamalia besar hingga flora tersembunyi, yang menjadi kekayaan tak ternilai.

Edukasi yang Merangkul Semua
Secara tidak langsung, program Penyelamatan Satwa Liar Illegal Melalui Kolaborasi Multi Pihak (MATAWALI) ini menjadi sarana pendidikan konservasi bagi sebagian besar institusi atau lembaga pemerintahan ataupun swasta. Benar saja, sejak dimulai pada bulan Oktober 2023 sampai dengan Desember 2024, MATAWALI telah berhasil mengajak 20 instansi untuk bersama-sama melindungi satwa liar.

Jumlah instansi yang terlibat tersebut lebih banyak dari tahun 2023 (15 instansi). Dalam kurun waktu satu tahun tersebut, BBKSDA Jatim telah menerima penyerahan satwa liar sebanyak 176 penyerahan dengan total satwa liar sebanyak 5.256 individu. Ini artinya bahwa pendidikan konservasi untuk merangkul semua telah berjalan dengan baik.

Pendidikan konservasi sejak dini. Melalui sinergi dengan dunia pendidikan, BBKSDA Jatim menghadirkan program “Rimbawan Mengajar”. Petugas, turun langsung ke sekolah-sekolah di sekitar kawasan, membawakan materi tentang pentingnya hutan, satwa liar, dan keterhubungan ekosistem.

Di sisi lain, para pelajar juga diajak berkunjung langsung ke lapangan, menyusuri hutan, mengenal jejak satwa, atau mengamati burung endemik. Kegiatan yang dibungkus dengan permainan dan materi yang interaktif menjadikan pendidikan konservasi sejak dini ini sebagai salah satu program yang terus dilaksanakan.

Pendidikan seperti ini melampaui ruang kelas, ia menyentuh hati dan membentuk pola pikir. Melalui pendidikan, BBKSDA Jatim tidak hanya menanamkan ilmu, tetapi juga membangun generasi penjaga alam.

Generasi muda dikenalkan pada peran penting pengendali ekosistem hutan, polisi hutan, penyuluh kehutanan hingga sains warga. Dukungan terhadap kegiatan Pramuka Saka Wanabakti, magang mahasiswa kehutanan, hingga pelatihan masyarakat konservasi menjadi bagian dari semangat “Partisipasi Semesta”. Semua unsur, pemerintah, masyarakat, pendidik, dan generasi muda, disatukan dalam gerakan menjaga semesta.

Pendidikan Konservasi Berbasis Lokal dan Inklusif
Hari Pendidikan Nasional bukan hanya perayaan seremonial, tetapi momentum untuk memastikan bahwa setiap individu, di desa hutan, di sekolah kota, hingga di batas kawasan, memiliki akses pada ilmu yang menyelamatkan kehidupan. Kepala BBKSDA Jatim, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., menegaskan bahwa pendidikan konservasi adalah investasi jangka panjang.

“Kami percaya, konservasi hanya akan berhasil bila pengetahuannya mengakar di masyarakat. Karenanya, kami terus membuka ruang belajar bersama, dari tapak hingga kampus,” ujar Beliau.

Di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Timur pada khususnya, hutan adalah guru. Satwa liar adalah pengajar diam yang menanti untuk dikenali. Dan BBKSDA Jatim adalah jembatan yang menghubungkan keduanya dengan manusia. Di sinilah pendidikan menemukan maknanya yang paling dalam, mencerdaskan kehidupan, dan melestarikan semesta.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji dan Akhmad David Kurniawan Putra – Balai Besar KSDA Jawa Timur