Satu Bumi, Satu Tindakan: Saat Iman, Ilmu, dan Alam Menyatu di Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya

Share

Lebih dari dua ratus mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya diajak menyelami makna terdalam konservasi melalui falsafah “TEH MANIS”, Teologi, Ekologi, dan Humanis. Sebuah pendekatan spiritual yang mengajak manusia menjadi khalifah sejati bagi bumi.

Di tengah teriknya Kampus Gunung Anyar, Surabaya, Kamis (16/10/2025), terasa lebih segar dari biasanya. Langit membiru, burung-burung melintas di atas menara masjid UIN Sunan Ampel, seolah ikut menyambut gerakan kecil namun berarti: “Satu Bumi, Satu Tindakan.”

Di lantai sembilan gedung Fakultas Sains dan Teknologi, ratusan mahasiswa berkumpul, bukan sekadar untuk mendengar ceramah ilmiah, tetapi untuk belajar menjadi manusia konservasionis sejati.

Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., menyampaikan sesuatu yang tak hanya menyejukkan akal, tapi juga menyentuh jiwa. Nur Patria memperkenalkan sebuah filosofi yang lahir dari refleksi panjang antara iman dan ilmu, “TEH MANIS”, akronim dari Teologi, Ekologi, dan Humanis untuk menjadi manusia konservasionis._

“Konservasi bukan hanya tugas ilmuwan atau pemerintah. Ia adalah ibadah ekologis. Wujud syukur kita atas bumi yang dititipkan oleh Tuhan,” ujarnya dalam nada yang tenang namun penuh daya gugah.

Filosofi “TEH MANIS” menuntun manusia untuk kembali melihat alam sebagai amanah, bukan sekadar sumber daya. Sebuah pandangan yang mengaitkan ketaatan spiritual dengan tanggung jawab ekologis dan kepedulian kemanusiaan.

Paparan ini bukan sekadar teori, namun sebuah semangat gerakan, mengajak setiap pendengar untuk mengambil satu langkah kecil demi bumi. Dari menjaga air, menanam pohon, hingga mengubah cara pandang terhadap satwa dan habitatnya, semua menjadi bagian dari gerakan moral #SatuBumiSatuTindakan.

Konsep yang dikembangkan BBKSDA Jawa Timur ini berakar pada pandangan bahwa iman tanpa aksi hanyalah wacana, dan ilmu tanpa nilai hanyalah data. Melalui pendekatan Theologi-Ekologi-Humanis, konservasi dipahami sebagai bentuk amal saleh yang berdampak bagi kehidupan lintas generasi.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya ini menjadi jembatan penting antara dunia akademik dan lapangan konservasi. Dalam kesempatan tersebut, hadir pula jajaran BBKSDA Jawa Timur yang mendukung penuh sinergi edukasi dan penyadartahuan masyarakat.

Kehadiran para pengendali ekosistem hutan dan pejabat teknis BBKSDA Jatim menegaskan komitmen bahwa konservasi bukan hanya urusan kawasan, tetapi juga kesadaran. Dari kampus hingga hutan, dari ruang kuliah hingga habitat satwa liar.

Lebih dari dua jam berlangsung, suasana ruang amphitheater berubah menjadi ruang refleksi ekologis. Ayat-ayat suci bergema berdampingan dengan data keanekaragaman hayati, menciptakan harmoni antara iman dan sains. Mahasiswa diajak menyadari bahwa menjaga alam bukan sekadar isu lingkungan, melainkan perintah moral dan spiritual.

Seminar ini bukan sekadar agenda akademik, tetapi momentum lahirnya gerakan moral di kalangan generasi muda. Mahasiswa UINSA didorong menjadi duta konservasi kampus, menanam, menjaga, meneliti, dan menginspirasi.

BBKSDA Jawa Timur berharap, kegiatan seperti ini dapat menjadi benih kolaborasi berkelanjutan antara lembaga konservasi dan perguruan tinggi, untuk melahirkan generasi beriman yang mencintai bumi. Dari kampus yang berdiri di jantung kota, semangat itu menyala, kecil tapi pasti.

Gerakan “Satu Bumi, Satu Tindakan” mengingatkan kita bahwa menjaga bumi bukan tugas satu lembaga, melainkan kewajiban setiap manusia. Dan ketika iman, ilmu, dan alam berpadu, di sanalah lahir manusia konservasionis sejati: mereka yang menjaga bumi bukan karena kewajiban, tetapi karena cinta. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur