Di tengah riuh angin laut selatan dan rimbun hutan tropis yang belum tersentuh modernitas, langkah kaki para penjaga rimba kembali bergema di Suaka Margasatwa Pulau Nusa Barung. Mereka bukan sekadar pelindung kawasan, namun juga pengantar kepulangan bagi primata endemik yang sekian lama direnggut dari habitat aslinya.
Dalam rangkaian kegiatan Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025, Balai Besar KSDA Jawa Timur bersama mitra konservasi dan Kelompok Putra Lestari melaksanakan pelepasliaran tiga individu Lutung Jawa (Trachypithecus auratus). Dua jantan bernama Anton dan Gareng terlebih dahulu ditempatkan di kandang habituasi di Blok Jedingan, sisi utara kawasan. Sementara satu betina bernama Beti, yang dikenal lebih tenang dan adaptif, dilepasliarkan langsung di Blok Cambah, kawasan yang bersebelahan dimana Beti menyusul saudaranya yang lebih dulu liar beberapa waktu yang lalu .
Kegiatan diawali sejak 14 Juli 2025, di mana tim gabungan yang terdiri dari 5 petugas Smart Patrol, 5 mitra konservasi, dan 4 awak kapal Putra Lestari, bergerak membelah ombak menuju Nusa Barung. Tim dibagi dua, satu membangun kandang habituasi di Jedingan, satu lagi mendirikan tenda dan logistik di Cambah, lokasi pelepasliaran dan pemantauan.
Di sinilah letak tantangan, dua individu lutung jantan menunjukkan perilaku agresif. Namun, dengan pendekatan yang mengedepankan animal welfare, proses habituasi dilakukan secara hati-hati, penuh pengamatan, dan minim tekanan. Kandang tidak hanya menjadi ruang adaptasi, tapi juga jembatan psikologis menuju kebebasan.
Esok harinya, 15 Juli 2025, pelepasliaran Beti menjadi momen haru yang sederhana namun sakral. Tanpa seremoni mewah, hanya ditemani desah daun dan nyanyian alam, Beti melangkah ke habitat yang mungkin samar dalam ingatannya, tapi tetap menjadi rumah sejatinya.
Kegiatan ini tak sekadar simbol. Ia adalah wujud nyata dari mandat konservasi, memulihkan hubungan satwa dan rimba, menegaskan hak setiap makhluk untuk kembali ke alamnya. Sebelum tim kembali, dilakukan pula pemantauan awal untuk memastikan satwa-satwa tersebut mulai beradaptasi dengan baik, baik dari pola gerak, respons terhadap lingkungan, hingga potensi interaksi dengan kelompok liar di kawasan.
“Momentum Road to HKAN ini kami jadikan sebagai pengingat, bahwa konservasi bukan hanya tentang menjaga, tetapi juga memulihkan. Pelepasliaran ini adalah bentuk cinta kita kepada alam dan komitmen kita untuk menyatukan kembali yang terpisah, satwa dan habitatnya, serta manusia dan tanggung jawabnya.” Tegas Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 3 Jember – Balai Besar KSDA Jawa Timur