Perisai Sunyi di Lereng Kelud, Menyelamatkan Warga dari Puting Beliung

Share

Di lereng kelud di bawah tutupan hutan Cagar Alam Besowo Gadungan, warga baru saja mengingat satu peristiwa yang tak mudah dilupakan, angin puting beliung yang menerjang permukiman beberapa waktu lalu. Di tengah kekacauan itu, rumah-rumah di sisi timur jalan tepat di bawah area cagar alam, nyaris tak tersentuh kerusakan. Sebuah fakta lapangan yang kembali menegaskan apa yang selama ini diyakini para pengelola kawasan, bahwa hutan adalah perisai hidup yang bekerja tanpa suara.

Temuan pengalaman warga itu mengemuka dalam kegiatan Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi (METT) CA Besowo Gadungan, yang dilaksanakan pada 17 November 2025 di Balai Desa Besowo Gadungan. Kegiatan dipimpin BBKSDA Jawa Timur melalui Bidang KSDA Wilayah I dan Seksi KSDA Wilayah I Kediri, serta dihadiri berbagai pihak, mulai dari Pemerintah Desa Besowo, Camat Kepung, Dinas Lingkungan Hidup, CDK Trenggalek, Perhutani KPH Kediri, Pokmas Tjoelanggi, hingga YMFI.

Acara dibuka dengan sambutan Kepala Desa Besowo dan Camat Kepung, disusul pemaparan pengantar METT oleh Kepala Seksi KSDA Wilayah I Kediri dan Kepala RKW 03 CA Manggis Gadungan, yang juga membawahi CA Besowo Gadungan. Paparan tersebut menegaskan kembali nilai strategis kawasan ini sebagai penyimpan air, penahan erosi, dan pusat keanekaragaman hayati yang menjadi penopang ekologi wilayah Kecamatan Kepung.

Ketika sesi penilaian inti berlangsung, para pihak tampak antusias mengikuti setiap indikator. Diskusi teknis berkembang menjadi ruang berbagi pengalaman antara masyarakat, pemerintah, dan pengelola kawasan. Poin paling menarik muncul saat pembahasan tentang jasa lingkungan Cagar Alam Besowo Gadungan.

Perwakilan Pokmas Tjoelanggi menceritakan bagaimana angin puting beliung yang menghancurkan beberapa rumah di sisi barat jalan ternyata tidak menyentuh rumah-rumah yang terletak tepat di bawah cagar alam. Garis vegetasi yang masih terjaga menjadi benteng alami yang meredam terpaan angin.

Pengelola kawasan menguatkan pernyataan itu dengan eviden METT, bahwa hasil penelitian mahasiswa IPB yang memotret nilai jasa lingkungan cagar alam dalam mencegah erosi dan menahan kekuatan angin. Fakta ilmiah dan cerita warga bertemu dalam satu titik: konservasi menyelamatkan manusia lebih sering dari yang disadari.

Seperti banyak cagar alam lain, CA Besowo Gadungan bukan tanpa ancaman. Warga mengakui bahwa praktik pengambilan buah kemiri masih terjadi, meski kini terbatas pada buah yang jatuh ke tanah. Pengelola menjelaskan bahwa dalam konsep pengawetan, buah-buah jatuh justru menjadi modal regenerasi pohon kemiri yang sudah menua.

Ancaman lain adalah temuan warga yang membawa senapan di sekitar kawasan. Perhutani KPH Kediri mengonfirmasi bahwa pengawasan 24 jam tidak mungkin dilakukan, sehingga peningkatan patroli terpadu menjadi salah satu rekomendasi penting dari kegiatan METT.

Meski begitu, sinyal positif tetap terlihat. Perwakilan masyarakat Besowo yang sehari-hari berkebun di sekitar kawasan menyampaikan bahwa kondisi tutupan hutan kini jauh lebih baik dibanding lima tahun lalu. Hal ini sejalan dengan upaya pemulihan ekosistem yang telah dilakukan BBKSDA Jatim di CA Besowo Gadungan, terutama pada titik-titik rawan erosi dan bekas gangguan.

Penilaian 2025 menghasilkan nilai METT 69,61%, dengan rincian, Planning: 85,71%, Inputs: 72,22%, Process: 61,90%, Outputs: 50,00% dan Outcomes: 88,89%. Angka ini menunjukkan pengelolaan yang baik, sekaligus menjadi peta jalan untuk memperkuat perlindungan kawasan di masa depan.

CA Besowo Gadungan bukan sekadar hamparan hutan. Ia adalah benteng ekologis yang menjaga kestabilan bentang alam, menahan bencana, dan menyediakan keselamatan bagi desa yang tumbuh di bawahnya. METT 2025 mengingatkan bahwa kerja konservasi adalah kerja yang sunyi, namun dampaknya nyata dan menyentuh kehidupan manusia secara langsung.

Di tengah perubahan iklim dan tekanan kawasan, menjaga hutan seperti Besowo Gadungan berarti menjaga garis hidup masyarakatnya. “Kalau hutan ini hilang, maka manusia akan kehilangan pelindungnya” (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur