Dalam dua hari berturut-turut, tim Matawali RKW 09 Mojokerto kembali menghadapi babak baru dinamika satwa liar Jawa Timur. Seekor trenggiling (Manis javanica) serta seekor ular sanca kembang (Malayopython reticulatus) yang muncul di tengah hujan lebat, berhasil diselamatkan dan diamankan untuk perawatan lanjutan. Kedua satwa kini telah dievakuasi ke Kandang Transit Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Jawa Timur, Senin (24/11).
Trenggiling pertama kali ditemukan oleh warga, Nur Irvandi, pada Sabtu (22/11) di jalur koridor Trowulan–Sooko, lokasi yang sama dengan dua temuan sebelumnya. Serah terima dilakukan Minggu (23/11) di Desa Plososari, Kecamatan Puri, sebelum satwa distabilkan oleh tim yang dipimpin Yudianang Indra I, Polisi Kehutanan Penyelia Seksi KSDA Wilayah III bersama dua rekannya.
Sementara itu, di Desa Padusan, Pacet, hujan deras pada Minggu malam memunculkan pergerakan seekor sanca kembang yang kemudian diamankan warga dan diserahkan kepada RKW 09 Mojokerto. Kondisi hujan ekstrem dan perubahan suhu diyakini memicu ular besar ini mencari tempat kering dan sumber panas.
Tiga temuan trenggiling dibentang alam yang berdekatan, menguatkan indikasi keberadaan wildlife corridor alami di sekitar Sooko dan Trowulan. Kemungkinan besar jalur ini menyediakan pakan dan habitat ideal bagi pergerakan trenggiling liar.
Di sisi lain, Pacet, dengan tutupan vegetasi lebat, aliran sungai kecil, kebun warga, dan dinamika musim hujan, menjadi habitat aktif bagi sanca kembang. Namun wilayah yang sama juga rentan memicu interaksi negatif manusia–ular, terutama saat kondisi lingkungan berubah tiba-tiba.
BBKSDA Jawa Timur menyiapkan langkah strategis untuk mengurangi potensi konflik serupa dalam jangka panjang. Pemetaan pola jelajah dan titik rawan temuan, pendataan populasi, identifikasi titik rawan masuknya ular ke permukiman, terutama di sekitar sungai dan kebun, dan edukasi musim hujan kepada warga terkait pola kemunculan ular besar serta penguatan koordinasi dengan Pemdes, relawan satwa, serta aparat kewilayahan. Dengan upaya tersebut diharapkan adanya Community Wildlife Response, jejaring mitigasi konflik satwa berbasis masyarakat.
Upaya penyelamatan ini kembali menegaskan bahwa perubahan lingkungan, dinamika musim, dan aktivitas manusia terus membentuk pola pergerakan satwa liar di Jawa Timur. Melalui monitoring berkelanjutan, mitigasi kolaboratif, dan respons cepat di lapangan, BBKSDA Jawa Timur berkomitmen menjaga harmoni antara manusia dan satwa liar yang berbagi ruang hidup yang sama. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur