Menjaga Hijau Pulau Bawean dari Ancaman Api

Share

Di tengah teriknya musim kemarau akhir Agustus 2025, langkah para rimbawan menyusuri hutan Suaka Margasatwa (SM) Pulau Bawean menggema di antara batang pohon yang kering. Mereka datang bukan untuk berburu jejak satwa, melainkan untuk melawan musuh yang tak kasat mata yaitu ancaman kebakaran hutan dan lahan.

Selama lima hari, 25–29 Agustus 2025, tim Balai Besar KSDA Jawa Timur menggelar Patroli Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan di tiga blok rawan, Kumalasa, Alas Timur, dan Payung-payung. Patroli ini bukan sekadar rutinitas, melainkan ikhtiar menjaga rumah terakhir satwa endemik legendaris: Rusa Bawean (Axis kuhlii), yang tak akan bertahan jika habitatnya lenyap terbakar api.

Langkah pertama bukan cangkul, melainkan kata-kata. Tim menyapa warga di tepian hutan, menyampaikan pesan agar selalu waspada terhadap percikan api di tengah kemarau panjang. Pesan ini tidak berhenti di jalanan dusun, tapi akan digema­kan oleh para kepala desa hingga ke mimbar acara maulid di setiap dusun. Sebuah pendekatan kultural, agar setiap telinga mendengar dan setiap hati tergerak menjaga hutan.

Di lapangan, kerja keras tak kalah penting dilakukan. Dengan peralatan sederhana, para petugas dan warga membuka jalur sekat bakar, garis pertahanan yang kelak bisa menjadi pembatas api jika kebakaran tiba-tiba meluas dari lahan warga ke kawasan konservasi. Hingga patroli usai, tidak ada titik api ditemukan. Hutan tetap hijau, dan Bawean masih aman.

Sebagaimana diingatkan para rimbawan, pencegahan kebakaran tidak bisa hanya ditanggung petugas. Setiap warga, setiap kepala dusun, bahkan setiap keluarga memiliki peran untuk memastikan api tidak pernah berkobar di hutan Bawean.

Di pulau kecil yang terisolasi laut, kebakaran hutan akan menjadi bencana yang tak mengenal kompromi. Bukan hanya pepohonan yang hilang, tetapi juga sumber air, udara, hingga kehidupan satwa endemik yang hanya ada satu-satunya di dunia.

Patroli ini adalah pengingat, bahwa konservasi bukan sekadar kata, melainkan tindakan nyata. Pulau Bawean menyimpan kekayaan hayati yang tak ternilai, dan menjaga agar ia tetap hijau berarti menjaga warisan bagi generasi mendatang.

Hutan yang terbakar akan padam dalam hitungan jam, tetapi luka ekosistem bisa bertahan puluhan tahun. Itulah sebabnya, satu langkah kecil pencegahan di musim kemarau berarti satu harapan besar bagi kelestarian Pulau Bawean. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur