Di antara rimbun hutan hujan tropis dataran rendah yang menyelimuti Cagar Alam Manggis Gadungan, langkah kaki para penjaga ekosistem mengarah bukan hanya ke pohon-pohon leses yang sarat koloni lebah madu, melainkan menuju hati masyarakat. Dalam misi konservasi yang lebih luas dari sekadar patroli, tim SMART Patrol dari Balai Besar KSDA Jawa Timur menyambangi Kantor Desa Wonorejo, sebuah momen yang mengikat dialog antara alam dan manusia, antara penjaga kawasan dan pemilik tradisi.
Dalam pertemuan hangat yang berlangsung sederhana namun bermakna, petugas menyampaikan pesan penting, bahwa Cagar Alam Manggis Gadungan bukan sekadar kawasan hijau di peta, melainkan satu-satunya kawasan konservasi formal yang tersisa di wilayah eks-Karesidenan Kediri (meliputi Kediri, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, dan Nganjuk). Hutan Manggis adalah warisan ekologi yang tak tergantikan. Menjaganya adalah bagian dari menjaga kehidupan.
Kepala Desa Wonorejo, dalam tanggapannya, memberikan apresiasi terhadap proaktivitas tim BBKSDA Jatim yang telah membuka ruang koordinasi, komunikasi, serta menyampaikan komitmen untuk hadir rutin dalam kegiatan pemantauan kawasan. Ia menekankan bahwa keberadaan petugas bukan sekadar pengawas, melainkan mitra strategis bagi desa dalam mengelola tantangan ekologi, termasuk isu krusial penanganan sampah dan pencegahan kebakaran hutan.
SMART Patrol kali ini berlangsung pada tanggal 14–17 Juli 2025, meliputi area seluas 2,9032 Ha di grid 29–42 kawasan Cagar Alam. Dalam patroli tersebut, ditemukan indikasi pengambilan madu hutan secara ilegal, yang diduga terjadi pada malam hari tanggal 14 Juli. Hasil survei potensi mengungkap keberadaan enam koloni madu hutan, empat di antaranya bersarang pada pohon leses (Ficus albipila), pohon khas yang kini menjadi simbol ketegangan antara alam liar dan kebutuhan manusia.
Selain itu, petugas mencatat keberadaan 110 individu flora dari 34 jenis, dan 59 individu fauna dari 31 jenis, termasuk 20 jenis burung, 10 jenis serangga, dan 1 jenis mamalia. Tidak ditemukan fitur alami maupun buatan lainnya selama patroli.
Dengan raut bersahabat dan semangat konservasi, para petugas menegaskan bahwa SMART Patrol bukan hanya tentang pengawasan, tetapi tentang membangun relasi harmonis antara kawasan lindung dan kehidupan sosial di sekitarnya. Anjangsana ini, meski singkat, mengirimkan pesan kuat: bahwa penjagaan hutan adalah tugas bersama dan dimulai dari menyapa, mendengar, dan bekerja berdampingan. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur