Mengenalkan Kamera Trap di Treblasala

Share
Ancaman terhadap keberadaan Banteng (Bos javanicus) di luar kawasan konservasi dari hari ke hari semakin berat. Kondisi ini nampak setelah sempat menurun perburuan di tahun 2013, tahun ini kembali marak perburuan banteng di perkebunan Treblasala. 
 
Pada awal bulan Agustus, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) V Banyuwangi menerima laporan mengenai perburuan banteng di perkebunan Treblasala. Modusnya banteng tersebut dijebak menggunakan alat jerat, kemudian setelah satwa terjerat dibiarkan dulu sampai lebih kurang 2 hari. Tujuan pembiaran tersebut untuk menguras tenaga banteng sehingga mudah untuk eksekusi atau mengulitinya. Tidak selamanya banteng lemas dan mudah dilumpuhkan, terkadang pemberontakan banteng yang terjerat membuahkan hasil. 
 
Keberhasilan banteng untuk melepaskan diri dari jerat terkadang harus dibayar mahal seperti kakinya yang terluka bahkan putus. Kenyataan inilah yang menjadikan petugas di SKW V selalu mencari upaya untuk memantau perkembangan banteng tersebut. 
 
Berkat dukungan dari pihak  ketiga dan perkebunan Treblasala maka petugas lapangan SKW V Banyuwangi mendapatkan pelatihan singkat tentang penggunaan dan pemasangan kamera jebak (Camera Trap) di perkebunan tersebut. 
 
Secara ringkas dapat dijelaskan, sebelum digunakan diberikan penjelasan bahwa jenis kamera jebak saat ini menggunakan sensor gerak dan panas bukan menggunakan infra merah pada kamera-kamera jebak yang terdahulu. Cakupan sensor pada kamera jebak ini sejauh 12 meter dengan daya tahan baterai sampai 1 (satu) bulan. Output dari kamera jebak ini, dapat berupa gambar foto maupun video dalam durasi 30 detik.  
 
Hingga saat ini petugas lapangan SKW V Banyuwangi telah memasang 5 kamera jebak di perkebunan Treblasala dengan rincian kamera 1 diset untuk gambar video (durasi 30 detik interval 15 menit), kamera 2 dan 3 diset untuk pengambilan foto, kamera 4 diset untuk gambar video (durasi 30 detik interval 5 menit), dan kamera 5 diset untuk pengambilan gambar foto.
 
Harapan petugas lapangan, alat-alat tersebut aman terjaga dari tangan jahil mampu berfungsi maksimal untuk memberikan informasi kepada BBKSDA Jatim tentang kondisi banteng di perkebunan Treblasala. 
 
Adnan Aribowo, Polisi Kehutanan Pertama pada BBKSDA Jatim