Hari itu (17/10/2025) menjadi hari yang istimewa di pesisir Kalipuro. Di tepian pantai yang tenang itu, manusia dan alam kembali bersua dalam satu niat, mengembalikan kehidupan yang dulu hilang, dan menanam harapan baru di antara akar-akar mangrove.
Balai Besar KSDA Jawa Timur melalui Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi dan Resort Konservasi Wilayah 13 Banyuwangi–Situbondo–Bondowoso turut hadir dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Suri Tani Pemuka, bertajuk “Konservasi Penanaman Mangrove dan Pelepasan Tukik”. Kegiatan ini tidak sekadar seremoni, melainkan sebuah wujud nyata dari kemitraan lintas sektor untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
Turut hadir dalam acara ini perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuwangi, Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, Muspika Kecamatan Kalipuro, serta berbagai kelompok masyarakat pesisir seperti Pokdarwis Pantai Cacalan, Pokdarwis Pantai Cemara, dan Pokdarwis Muncar. Kehadiran mereka mencerminkan satu kesadaran bersama bahwa laut bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga rumah bagi banyak kehidupan yang patut dijaga.
Acara dibuka oleh pimpinan PT. Suri Tani Pemuka bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuwangi, disertai dengan penyerahan bantuan bagi kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Bantuan ini menjadi dorongan moral sekaligus material agar kelompok masyarakat terus berperan aktif dalam menjaga kawasan pesisir dari ancaman abrasi dan pencemaran.
Usai seremoni pembukaan, para peserta bersama-sama menanam bibit mangrove di sepanjang garis pantai. Di antara lumpur yang basah, tangan-tangan yang bekerja bukan sekadar menanam pohon, mereka menanam masa depan. Setiap bibit mangrove adalah janji: janji untuk menahan gelombang, menyaring air, dan menjadi tempat berlindung bagi ribuan biota kecil yang hidup di antara akar-akar bakau.
Tak berhenti di situ, kegiatan dilanjutkan dengan pelepasan tukik ke laut lepas. Ratusan tukik mungil berlarian menuju ombak pertama mereka, sebuah simbol kehidupan baru yang dilepaskan untuk meniti takdir di samudra luas. Setiap langkah kecil tukik menuju air adalah cermin dari semangat konservasi, bahwa setiap upaya, sekecil apa pun, berarti besar bagi keberlanjutan kehidupan.
Bagi Balai Besar KSDA Jawa Timur, kegiatan seperti ini adalah bentuk kolaborasi konservasi: menghubungkan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam satu jejaring kepedulian terhadap alam. Di tengah tantangan perubahan iklim dan degradasi ekosistem, sinergi ini menjadi kunci menjaga harmoni antara manusia dan lingkungan.
Dari Pantai Cacalan, sebuah pesan sederhana namun kuat kembali bergema “Ketika kita menanam satu pohon mangrove, kita sedang menanam masa depan bumi. Dan ketika kita melepas satu tukik ke laut, kita sedang melepas harapan bagi generasi yang akan datang.” (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 3 Jember – Balai Besar KSDA Jawa Timur