Di sebuah gang sempit yang padat di Rungkut, Surabaya, kejadian tak biasa menarik perhatian anak-anak setempat. Seekor Elang Alap Jambul (Lophospiza trivirgata) tergeletak lemas setelah menabrak dinding rumah warga. Burung pemangsa itu, yang seharusnya terbang bebas di atas kanopi hutan, namun justru jatuh di jantung kota.
Yang terjadi selanjutnya bukanlah adegan kepanikan, melainkan aksi kepedulian. Sekelompok anak-anak kecil, dengan rasa ingin tahu bercampur empati, mengangkat burung tersebut dan meletakkannya dengan hati-hati ke dalam kandang seadanya.
Mereka tak mengambilnya untuk dipelihara, melainkan melaporkan kepada orang tua mereka. Dari sanalah informasi mengalir ke BPBD Kota Surabaya, dan diteruskan ke BBKSDA Jatim melalui Tim Matawali Resort Konservasi Wilayah 07, Seksi KSDA Wilayah III Surabaya.
Langkah kecil dari anak-anak itu menjadi titik awal penyelamatan satu individu satwa liar yang masuk daftar perlindungan. Tim Matawali BBKSDA Jatim datang dengan kandang besi, mengevakuasi sang elang, dan membawanya ke kandang transit Wildlife Rescue Unit (WRU) untuk observasi dan pemulihan.
Namun di balik evakuasi itu, ada cerita yang lebih besar, sebuah kesadaran konservasi yang tumbuh dari kalangan termuda.
“Mereka tidak hanya penasaran, tapi juga peduli. Itu bukan hal yang bisa dianggap remeh. Ini benih konservasi yang tumbuh dari lapisan masyarakat paling dasar,” ujar Hartono Polhut Terampil selaku anggota Tim Matawali haru menyaksikan bagaimana anak-anak mengantar kepergian elang yang mereka selamatkan.
Elang alap jambul, raptor anggun yang biasanya bersemayam di puncak tajuk pohon, kini menjalani proses pemulihan untuk bisa kembali ke habitat alaminya. Tapi momen di gang kecil itu menunjukkan bahwa masa depan konservasi tidak hanya terletak pada kebijakan atau regulasi, melainkan di tangan kecil yang berani bertindak benar.
BBKSDA Jatim mengapresiasi tindakan cepat dan penuh empati dari warga, terutama anak-anak yang menjadi contoh nyata bahwa cinta alam dapat tumbuh dari mana saja, bahkan dari lorong sempit di tengah kota.(dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik, Balai Besar KSDA Jawa Timur