Bojonegoro, 15 September 2025. Sirene pemadam kebakaran Tuban pagi itu tidak berbunyi untuk memadamkan api. Kali ini, alarm darurat menandai sebuah misi lain, penyelamatan satwa liar. Di halaman kantor Damkar Tuban, puluhan satwa dari berbagai jenis menunggu jemputan tim Tim MATAWALI BBKSDA Jatim.
Kegiatan kolaboratif yang melibatkan Dinas Pemadam Kebakaran Tuban dan Bojonegoro bersama Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim), telah menyelamatkan sebanyak 26 ekor ular Sanca Kembang (Malayopython reticulatus), 2 ekor ular Kobra Jawa (Naja sputatrix), serta 4 ekor Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) berhasil dievakuasi. Sebagian besar satwa merupakan hasil penanganan interaksi negatif dengan warga, ular yang masuk ke pemukiman, kobra yang menimbulkan kepanikan, dan monyet yang ditangkap setelah meresahkan lingkungan sekitar.
Di banyak daerah, Damkar kerap menjadi pihak pertama yang bersentuhan dengan interaksi negatif satwa dan manusia. Keberanian mereka menjinakkan ancaman di tengah pemukiman menjadikan lembaga ini mitra penting dalam penyelamatan satwa liar. Di Tuban dan Bojonegoro, puluhan ular berukuran besar dan berbisa berhasil dikendalikan dan diserahkan untuk mendapat penanganan lanjutan dari tim Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Jatim.
Setelah proses serah terima, seluruh satwa dibawa menuju kandang transit WRU. Di lokasi ini, mereka menjalani pemeriksaan kesehatan awal, pemulihan dari stres akibat interaksi dengan manusia, serta observasi perilaku. Langkah ini menjadi tahapan penting sebelum menentukan apakah satwa siap dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya atau memerlukan perawatan lebih lanjut.
Misi ini mencerminkan semangat MATAWALI, sebuah program yang menghubungkan semangat kolaborasi antara masyarakat, lembaga penyelamat seperti Damkar, dan institusi konservasi dalam menjaga keseimbangan kehidupan. Melalui program ini, satwa liar yang dianggap ancaman justru dipulihkan kembali sebagai bagian dari ekosistem yang penting.
Angka-angka evakuasi hari itu, 26 sanca, 2 kobra, 4 monyet lebih dari sekadar data. Setiap satwa adalah cermin dari rapuhnya batas antara ruang hidup manusia dan ruang liar. Perjumpaan yang kerap berakhir konflik ini menjadi pengingat bahwa harmoni hanya bisa terwujud jika manusia dan satwa diberi ruang hidup yang saling menghargai. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur