Pulau Bawean yang memiliki luas sekitar 192 km2 diketahui memiliki jenis-jenis satwa endemik dengan tingkatan jenis dan sub jenis yang merupakan bagian dari kelas Mamalia, Aves, dan Arthropoda. Hewan endemik paling terkenal di Bawean adalah Rusa Bawean (Axis kuhlii) yang menjadi logo BBKSDA Jawa Timur.
Namun, sejauh ini satwa endemik yang paling mudah terlihat di pulau Bawean adalah burung Elang Bawean (Spilornus cheela baweanus), orang Bawean memanggilnya Kaluykuy. Keberadaanya mudah diamati melalui perilaku dan suaranya.
Burung ini anggota dari kelompok jenis Spilornis cheela yang terdiri atas 12 sub jenis berbeda dan dapat ditemukan di sepanjang daerah Indomalayan. Di Indonesia sendiri, selain sub jenis bawean terdapat tiga sub jenis lain yang dapat ditemukan di dataran Sunda, yaitu S. cheela bido dari Jawa dan Bali, S.cheela malayensis dari Sumatra Utara dan S.cheela pallidus dari Kalimantan.
Hingga hari ini, ke-12 variasi jenis elang tersebut masih dianggap sebagai sub jenis dari Spilornis cheela. Namun, beberapa peneliti berpendapat bahwa burung-burung tersebut kemungkinan besar merupakan jenis yang berbeda dan dapat dianggap sebagai jenis yang endemik dari setiap pulau. Penelitian filogenetik masih dibutuhkan untuk menentukan status jenis S. cheela baweanus. Jika S. cheela baweanus dapat dikategorikan sebagai jenis berbeda, hal tersebut akan menjadikan burung ini sebagai salah satu raptor dengan wilayah jelajah terkecil di dunia.
Spilornis cheela baweanus termasuk ke dalam burung raptor berukuran sedang dengan panjang kira-kira 50 cm. Dengan morfologi kepala berwarna coklat sampai kehitaman, bagian dada ditutupi bulu berwarna coklat, dan terdapat bintik putih yang menutupi bagian perut sampai ke tungging. Bintik putih tersebut juga terdapat di kepala, bagian belakang leher, dan sayap. Sementara itu, kepala, dada, perut hingga tungging dari elang yang lebih muda (anakan) berwarna putih. Anakan elang juga memiliki tiga garis kecil pada ekor yang dapat diamati ketika terbang, sementara elang dewasa memiliki dua garis ekor yang besar.
Satu-satunya penelitian mengenai S. cheela baweanus yaitu pengamatan selama 15 hari yang dilakukan oleh Nijman pada tahun 2006, dimana diperkirakan terdapat 60-75 pasang S. cheela baweanus di Bawean dengan perkiraan kasar wilayah jelajah seluas 3.5 sampai 6 kilometer persegi.
Informasi mengenai habitat yang dibutuhkan dan ketersediaannya, seperti ketersediaan habitat yang cocok untuk membangun sarang, masih belum diketahui. Kurangnya informasi mengenai hal tersebut, mempersulit estimasi jumlah yang ada sekarang. Maka dari itu, penelitian lebih lanjut mengenai topik tersebut sangat dianjurkan.
Penulis : Mark Rademaker, Simen Blokland, Shafia Zahra, Johanna Rode-Margono
Bawean Endemik Konservasi Inisiatif (BEKI)
Editor : Agus Irwanto