Jejak Lutung Jawa mengantar petugas KSDA ke Lereng Gunung Bancak

Share

Di penghujung Desember, ketika mentari mulai mengintip di sela di dedaunan kawasan hutan rakyat Desa Tawangarum, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, sebuah laporan warga mengalir ke Balai Besar KSDA Jawa Timur. Laporan itu sederhana namun sarat makna, tentang dugaan kemunculan Lutung Jawa, satwa endemik yang menjadi penanda sehatnya bentang alam Pulau Jawa.

Merespon laporan tersebut, pada Rabu, 24 Desember 2025, personel Resort Konservasi Wilayah (RKW) 05 Madiun, Seksi KSDA Wilayah II bergerak cepat ke lokasi. Langkah pertama bukan langsung menyusuri hutan, melainkan membangun koordinasi, sebuah fondasi penting dalam pengelolaan interaksi negatif satwa liar. Kepala Desa Tawangarum, Kapolsek Parang, serta Komandan Koramil Parang duduk bersama petugas KSDA, menyatukan pemahaman sebelum turun ke lapangan.

Peninjauan dilakukan di titik terakhir keberadaan satwa yang sebelumnya terpantau oleh masyarakat. Namun, di balik rimbun pepohonan dan kontur perbukitan, keberadaan Lutung Jawa tidak lagi terlihat.

Meski demikian, hasil analisis tapak memberikan gambaran yang jelas, kawasan tersebut merupakan hutan rakyat yang menyambung langsung dengan Hutan Gunung Bancak, dengan jarak sekitar dua kilometer dari titik laporan terakhir. Kondisi ini memperkuat dugaan bahwa pergerakan Lutung Jawa merupakan bagian dari dinamika alami satwa liar, bukan indikasi konflik serius.

Petugas KSDA pun menyampaikan pesan penting kepada para pemangku wilayah dan masyarakat, bahwa kewaspadaan adalah kunci, namun kepanikan bukanlah solusi. Jika di kemudian hari terjadi interaksi yang berpotensi konflik, masyarakat diminta segera berkoordinasi dengan petugas KSDA. Upaya sederhana dan ramah satwa, seperti menghalau dengan suara atau kentongan untuk mengarahkan satwa kembali ke habitat alaminya, menjadi langkah awal yang dianjurkan.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa konservasi bukan selalu tentang penyelamatan dramatis atau evakuasi satwa. Terkadang, konservasi hadir dalam bentuk kesiapsiagaan, edukasi, dan kepercayaan antara manusia dan alam, bahwa hutan dan desa memang berbagi ruang, dan harmoni hanya dapat tercipta ketika keduanya saling memahami.

Penulis: Fajar Dwi Nur Aji – PEH Ahli Muda BBKSDA Jatim
Editor: Agus Irwanto
Sumber: Bidang KSDA Wilayah I Madiun