Kediri, 10 Mei 2025. Saat musim dingin di belahan Bumi utara dimulai, burung-burung akan bersiap menjelajah belahan bumi lainnya yang beriklim tropis untuk mencari makan yang disebut dengan migrasi datang atau autumn. Tujuan utamanya adalah bertahan hidup.
Begitu pula sebaliknya, saat musim dingin selesai, mereka akan kembali ke daerah asalnya untuk berkembang biak yang disebut migrasi balik atau spring. Mereka akan melewati Samudra dan benua.
Pengembaraan ini dilakukan oleh beragam jenis burung, mulai dari burung yang hidupnya di lantai hutan seperti paok, jenis yang hidup di pantai seperti trinil-trinilan, jenis yang hidup di laut seperti dara-laut. Hingga jenis yang menguasai angkasa seperti sikep-madu asia.
Perjalanan dari lokasi berbiak ke lokasi tujuan atau wintering terjadi pada bulan September sampai November. Burung-burung akan tiba di belahan Bumi Selatan atau tempat mencari makan pada bulan November sampai dengan Maret, selanjutnya mereka akan kembali ke tempat asalnya untuk berbiak.
Burung migran menggunakan medan magnet bumi, posisi bintang dan matahari, serta bentang alam sebagai penunjuk jalan mereka. Selama perjalanan, burung-burung pengembara tersebut harus dapat melewati beragam rintangan mulai dari cuaca sampai perburuan. Perjalanan yang sangat jauh ini juga dapat mengakibatkan kelelahan hingga kematian bagi sang burung.
Indonesia menjadi salah satu negara tropis yang disinggahi oleh burung-burung migran dengan jalur terbang Asia Timur – Australasia atau EAAF (East Asian – Australasian Flyway). Jalur ini memiliki luas area sekitar 85 juta km2 yang mencakup 22 negara.
Dari 500 jenis burung yang melewati jalur terbang tersebut, lebih dari 200 jenis burung migran istirahat dan mencari makan di seluruh habitat di negeri kita tercinta ini. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan telah membuat peraturan perundangan untuk melindungi sebagian burung-burung migran dan mengajak para pihak untuk bersama-sama dalam upaya konservasinya melalui KNKBBH (Kemitraan Nasional Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya).
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur diberikan amanah sebagai koordinator pulau Jawa dalam kemitraan tersebut. Beragam kegiatan seperti monitoring burung migran dan kampanye pelestariannya telah dilakukan.
Salah satu kegiatan monitoring burung migran dilindungi yang dilakukan adalah monitoring terik asia Glareola maldivarum di lahan pertanian dan perkotaan di Kabupaten Tulungagung dan Kediri. Ribuan hingga puluhan ribu individu terik asia dapat mencari makan dengan baik di lokasi tersebut. Bahkan lebih dari empat ribu individu bertahan selama dua minggu di lahan pertanian Kabupaten Tulungagung. Mereka telah bersahabat dengan para petani.
Fenomena tahunan ini diperingati oleh seluruh dunia sebagai “Hari Burung Migran Sedunia” atau WMBD (World Migratori Bird Day). Hari istimewa bagi burung migran ini dilaksanakan setiap minggu kedua pada bulan Mei dan Oktober. Tema tahun ini adalah “Shared Spaces: Creating Bird-Friendly Cities and Communities” atau “Berbagi ruang dengan menciptakan kota dan komunitas yang ramah bagi burung”.
Sumber: Akhmad David Kurnia Putra, Polhut Ahli Pertama pada SKW I Kediri – BBKSDA Jatim