Di Pulau Bawean, hening adalah bahasa yang paling nyaring. Hutan tropis yang memeluk kawasan Suwari hingga Kumalasa menyimpan lebih dari sekadar pepohonan dan tanah lembab, ia menyimpan denyut kehidupan yang nyaris tak terdengar.
Pada tanggal 22 dan 23 April 2025 yang lalu, tim dari Resort Konservasi Wilayah (RKW) 10 Pulau Bawean kembali menyusuri kawasan Suaka Margasatwa Pulau Bawean. Dua hari yang tampak biasa di kalender, namun menyimpan momen penting dalam upaya panjang menjaga warisan hayati yang kian terpinggirkan. Mereka tidak hanya berjaga, mereka mendengar, mencium, dan membaca jejak-jejak yang ditinggalkan penghuni asli hutan.
Di kawasan Kumalasa, Desa Lebak, langkah mereka disambut oleh Elang Ular Bawean (Spilornis cheela baweanus). Spesies endemik yang hanya bisa ditemukan di pulau ini, terbang tinggi, seolah mengawasi wilayah kekuasaannya.
Di antara riak dedaunan, suara Raja Udang Punggung Merah (Ceyx rufidorsa) memecah kesunyian, dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) terdengar berteriak dari kejauhan. Tidak ada pelanggaran hukum ditemukan. Tapi bekas sarang babi hutan dan sisa pakan rusa bawean memberi isyarat, malam tadi hutan ini tetap hidup.
Esoknya, patroli berlanjut ke kawasan Gunung Besar, Desa Suwari. Langit yang bersih menjadi panggung bagi Elang Ular Bawean yang kembali menampakkan diri. Di semak-semak, Burung Madu Sriganti (Cinnyris jugularis), burung Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), dan Merbah Belukar (Pycnonotus plumosus) hadir sebagai simfoni pagi hutan tropis. Jejak rusa bawean, satwa langka yang menjadi ikon pulau ini, nampak pada batang pohon, bekas tanduknya bergesekan pada kulit kayu.
Patroli ini tak hanya mendata flora dan fauna. Ia adalah bentuk dialog diam-diam antara manusia dan alam. Pohon Jati (Tectona grandis), Gondang (Ficus variegata), Bungur (Lagerstroemia speciosa), hingga Pangopa (Eugenia lepidocarpa) dan Badung (Garcinia dulcis), berdiri sebagai saksi diam dari perlintasan waktu dan perubahan.
Di tengah tantangan menjaga ekosistem pulau kecil yang terus mendapat tekanan dari luar, para petugas ini adalah garda terdepan. Mereka menyatu dengan alam, memaknai tiap jejak, tiap suara, dan tiap keteduhan rimba Bawean, dalam misi panjang melindungi yang tak bersuara. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik