Dari balik rimbun hutan tropis yang menggantung di bibir tebing karang, suara Lutung Jawa bersahut dengan kepak Elang Ular Bido. Di sinilah, di Cagar Alam Pulau Sempu, kehidupan berdenyut dalam kesunyian.
Selama sepekan, tim SMART Patrol Balai Besar KSDA Jawa Timur menapaki jalur-jalur rimba dan pantai dengan karst yang terjal, merekam setiap tanda kehidupan dan ancaman di pulau seluas 969, 88 ha ini, sebuah laboratorium alam yang rapuh namun luar biasa kaya. Patroli kali ini berlangsung pada 7 hingga 12 Oktober 2025, unsur tim dari Seksi KSDA Wilayah VI bersama Bidang KSDA Wilayah III, dengan dukungan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Probolinggo dan Jember.
Melalui pendekatan SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool), tim menyisir 146 grid seluas 146 hektare, menempuh jalur terjal di tengah kontur karst yang ekstrem. Tidak semua area dapat dijangkau, beberapa grid seperti 43, 66, 91, 117, dan 146 merupakan tebing curam yang langsung menjatuh ke laut selatan, menantang nyali dan tenaga petugas.
Dengan Avenza Maps dan aplikasi SMART Mobile, setiap langkah terekam. Setiap temuan, baik flora, fauna, maupun aktivitas manusia, diinput lengkap dengan koordinat, foto, dan keterangan detail.
Jejak Kehidupan di Tengah Sunyi
Patroli menemukan berbagai jejak dan perjumpaan satwa liar, bukti bahwa hutan Sempu masih menyimpan kehidupan yang lestari. Jejak Kijang dan babi hutan menandai jalur-jalur lembab di antara kubangan alami, sementara suara elang, ayam hutan, dan burung tohtor menggema di kanopi.
Tim juga berhasil menjumpai langsung Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), simbol satwa endemik Jawa yang menjadi indikator ekosistem sehat. Serta beberapa biawak, serangga, dan kerangka kepala kijang yang memberi petunjuk adanya rantai makanan alami yang masih bekerja.
Menyusuri Hutan yang Menyimpan Sejarah
Tim mencatat pohon-pohon dominan dan bernilai ekologis tinggi, di antaranya Baros, Kedondong Hutan, Walangan, Joho, Rawu, Bendo, Kedoya, Laban, Sindur, Bayur, Ficus spp., hingga Nyamplung, penanda keanekaragaman tinggi pada kawasan karst pesisir.
Banyak di antaranya merupakan jenis pohon yang menjadi sumber pakan satwa liar dan menjaga sistem hidrologi alami pulau. Di beberapa titik, tim juga menemukan mata air, kubangan, rawa tadah hujan, dan batuan karang berongga, fitur alami penting yang menopang kehidupan di pulau kecil ini.
Menembus Alam, Merekam Ancaman
Meski terisolasi, Sempu tak sepenuhnya bebas dari jejak manusia. Tim patroli mendapati sampah laut yang terdampar di pesisir, serta keranjang bekas pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan tanda perburuan lebah madu. Temuan ini menjadi pengingat bahwa tekanan terhadap kawasan konservasi datang bukan hanya dari dalam, tapi juga dari luar, terbawa arus laut, atau dari aktivitas ekonomi masyarakat sekitar.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, patroli laut turut dilakukan di sekitar pesisir, memantau potensi pelanggaran kawasan yang dapat diakses melalui jalur perairan. Dari ratusan titik koordinat, foto, dan catatan yang dikumpulkan, SMART Patrol kali ini bukan sekadar patroli rutin. Ia adalah upaya memahami denyut kehidupan dan ancaman di pulau yang kerap disebut “miniatur ekosistem Jawa”.
Sempu bukan hanya bentang alam yang indah, ia adalah ruang belajar tentang harmoni, ketahanan, dan keterhubungan antara laut, hutan, dan manusia. BBKSDA Jawa Timur melalui kegiatan ini menegaskan komitmennya untuk menjaga setiap jengkal kawasan konservasi, memastikan bahwa suara lutung jawa dan desir ombak Sempu tetap menjadi simfoni kehidupan yang lestari. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 3 Jember – Balai Besar KSDA Jawa Timur