Dari Suro untuk Hutan, Harapan yang Bertanduk di Singgahan

Share

Di kaki perbukitan Desa Tingkat, Kecamatan Singgahan, Tuban, harapan tak tumbuh dari tanah saja, tapi juga dari kandang yang sunyi, tempat seekor sapi Limosin berdiri gagah dalam naungan sinar pagi. Namanya Lembu Suro, bukan sekadar simbol kekuatan, tetapi representasi nyata dari harapan sebuah kelompok masyarakat yang tengah bertumbuh bersama alam.

Kelompok Tani Hutan (KTH) Lembu Suro adalah satu dari sekian potret keberhasilan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim). Diperkenalkan melalui program bantuan konservasi, kelompok ini menerima seekor sapi Limosin pada tahun 2023. Namun kisah mereka bukan hanya tentang menerima, melainkan tentang merawat, memelihara, dan bermimpi untuk berkembang bersama sumber daya yang terbatas.

Di lahan sekitar kandang, rumput gajah dan jagung tumbuh subur, menyediakan pakan alami yang lestari. Namun lebih dari itu, dedikasi dan kearifan lokal mereka tumbuh menjadi fondasi kuat bagi keberlanjutan. Dengan bimbingan Penyuluh Kehutanan dari Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Bojonegoro, para anggota kelompok belajar memahami betapa eratnya hubungan antara kesejahteraan mereka dan kelestarian ekosistem di sekitarnya.

Kini, ketika sang sapi memasuki masa produktif, rencana inseminasi buatan menjadi langkah strategis untuk melipatgandakan manfaat, baik secara ekonomi maupun simbolik. Namun, kendala tetap membayangi. Tanpa alat pencacah rumput dan pembuat silase, mimpi tentang pakan cadangan yang efisien masih menjadi wacana.

Inilah simpul dari sebuah perjuangan yang senyap namun mendalam, bahwa konservasi tak cukup hanya dengan melindungi, tetapi juga memberdayakan. Pendampingan bukan sekadar kegiatan teknis, melainkan sebuah jembatan antara alam dan manusia, antara perlindungan dan penghidupan.

Dari sudut kandang di Desa Tingkat, lahir semangat baru untuk hutan yang lestari dan masyarakat yang mandiri. Dan dari Lembu Suro, kita belajar bahwa setiap langkah kecil yang bertanduk bisa menjadi jejak besar bagi masa depan konservasi Indonesia. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur