Cerita tentang Harapan dan Kepedulian Alam di Tulungagung

Share

Di antara pekarangan rumah warga di Desa Buntaran, Kecamatan Rojotangan, Kabupaten Tulungagung, seekor trenggiling Jawa (Manis javanica) tampak menggulung dalam diam. Mamalia bersisik keras ini mungkin sedang mencari perlindungan ketika langkah-langkah manusia mendekat. Namun, alih-alih ancaman, kali ini yang datang adalah uluran tangan penyelamat.

Adalah Anis Rizal Falinuha, warga setempat, yang menjadi pahlawan kecil bagi satwa langka ini. Ia menemukan trenggiling itu di halaman rumahnya pada Minggu, 19 Oktober 2025, dan tanpa ragu segera melaporkannya kepada pihak berwenang.

Keesokan harinya, Tim MATAWALI Seksi KSDA Wilayah I Kediri bergerak cepat menuju lokasi setelah menerima laporan tersebut. Setiba di lokasi, tim melakukan pemeriksaan terhadap kondisi satwa. Trenggiling itu tampak sehat, tanpa luka atau tanda stres berarti. Kondisi fisiologisnya baik, nafsu geraknya normal. Ini indikasi bahwa satwa masih layak dilepasliarkan.

Setelah memastikan semua aspek keselamatan, tim Matawali bersama warga melakukan prosesi kecil yang bermakna besar, pelepasan trenggiling kembali ke alam di kawasan Gunung Klotok, Kediri, pada Senin, 20 Oktober 2025. Kawasan berhutan dengan tutupan vegetasi yang masih baik itu menjadi rumah yang aman bagi trenggiling, jauh dari ancaman manusia dan jerat perburuan.

Pelepasliaran ini, menandai komitmen nyata Balai Besar KSDA Jawa Timur dalam menjaga kehidupan liar tetap lestari.

Trenggiling Jawa merupakan salah satu satwa paling terancam di dunia. Menurut IUCN Red List, spesies ini berstatus Critically Endangered (Kritis) akibat perburuan dan perdagangan ilegal yang masif untuk diambil sisiknya dan dijadikan bahan obat tradisional. Indonesia menjadi salah satu habitat terakhir bagi spesies unik ini di Asia Tenggara.

Namun di tengah kabar suram tentang perburuan dan perdagangan, kisah dari Tulungagung ini membawa setitik cahaya. Kepedulian warga seperti Anis Rizal menjadi simbol bahwa konservasi bukan hanya tugas aparat, tetapi tanggung jawab bersama, mulai dari pekarangan rumah hingga bentang hutan terakhir.

BBKSDA Jawa Timur menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kepedulian masyarakat terhadap satwa liar yang dilindungi. Kepedulian untuk melapor dan tidak mencoba memelihara satwa tersebut. Kepedulian seperti ini adalah pondasi penting bagi kelestarian keanekaragaman hayati kita.

Kisah sederhana ini menegaskan bahwa konservasi bukan sekadar tindakan besar di lapangan, tetapi juga tentang keputusan kecil yang menyelamatkan kehidupan. Dari tangan warga yang peduli hingga tim Matawali yang sigap, trenggiling itu kini kembali menggali tanah, mencari semut di bawah lindungan pepohonan Gunung Klotok, di rumah sejatinya, di alam yang terus dijaga bersama. (dna)

Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur