Di lanskap tandus perbukitan utara Jawa Timur, tersembunyi sebuah permata geologi dan ekologi yang sunyi, Cagar Alam Gua Nglirip. Tak banyak yang tahu bahwa di balik rimbun semak dan tebing cadas yang membungkus kawasan ini, terdapat lorong-lorong bumi purba yang masih menyimpan misteri kehidupan, baik yang tampak maupun yang hanya meninggalkan jejak samar di lantai hutan.
Pada 7–8 Juli 2025, tim gabungan dari Seksi KSDA Wilayah II Bojonegoro, Resort Konservasi Wilayah 04 Tuban, dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP), menggelar Smart Patrol. Sebuah kegiatan pemantauan kawasan berbasis sistematis dan berbasis grid di jantung Cagar Alam Gua Nglirip.
Dengan luasan patroli sekitar 0,8369 hektar, mereka menyisir enam titik koordinat yang telah dipetakan. Tapi lebih dari sekadar patroli, ini adalah penjelajahan, menelusuri simpul-simpul kehidupan di antara bebatuan karst dan vegetasi tropis yang tak henti tumbuh.
Gua Nglirip bukan sekadar nama, ia menyimpan fitur alami unik berupa dua mulut Gua yang dinamai Gua Lawa (atau Manuk 1) dan Gua Tembok. Keduanya menganga di sudut karst, seperti pintu-pintu menuju masa lalu geologi Jawa. Di sekitarnya, tumbuh pepohonan yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu, Jati, Kedondong Hutan, Awar-awar, Randu Alas, hingga Klayu Jawa dan Secang, flora yang tak hanya menopang tanah tetapi juga menopang rantai kehidupan.
Satwa liar pun memberi tanda-tanda kehadirannya. Jejak, suara, hingga sesekali jejak penampakan dari landak Jawa (Hystrix javanica), bajing, kelelawar, hingga ayam hutan, prenjak, dan burung madu Sriganti menjadi bukti nyata bahwa kawasan ini bukan lahan kosong, melainkan rumah yang layak dipertahankan.
Menariknya, di sela-sela patroli, tim juga menyempatkan diri melakukan perawatan terhadap tanaman Pemulligan Ekosistem (PE). Gulma-gulma dibersihkan dengan tangan penuh kehati-hatian, sebuah tindakan kecil namun bernilai besar dalam menjaga daya dukung kawasan.
Yang paling membanggakan, tidak ditemukan pelanggaran atau gangguan berarti terhadap kawasan selama patroli berlangsung. Ini menandakan sinergi perlindungan kawasan konservasi bukan lagi wacana, tetapi sudah menjadi tindakan nyata.
Cagar Alam Gua Nglirip adalah mozaik keheningan, warisan karst yang menyimpan kisah geologi, biologi, hingga budaya lokal. Ia bukan sekadar lokasi di peta, melainkan ruang hidup yang menyatukan manusia, hutan, dan bumi.
Patroli ini bukan sekadar perjalanan fisik, tapi perjalanan batin, untuk terus menyadari bahwa konservasi tak hanya soal menjaga, tetapi juga tentang mendengarkan. Mendengar bisikan alami Gua, desir ranting, dan nyanyian burung yang hanya bisa kita pahami jika kita benar-benar hadir. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur