Madiun, 10 September 2025. Dari balik kandang besi dan kotak transportasi, enam ekor satwa liar akhirnya sampai ke tangan Balai Besar KSDA Jawa Timur. Mereka datang dengan kisah berbeda-beda, ada yang ditinggalkan pemilik karena meninggal, ada yang menyerang manusia, hingga yang dianggap berbahaya oleh warga. Semua menyisakan jejak perjumpaan getir antara manusia dan satwa liar.
Tiga ekor ular sanca kembang (Malayopython reticulatus) dengan tubuh panjang berotot menjadi yang pertama diserahkan. Mereka sebelumnya dievakuasi tim Damkar Kabupaten dan Kota Madiun setelah ditemukan di lingkungan warga. Tubuh mereka yang berkilau sisik cokelat-keemasan mencerminkan kekuatan alam yang kerap tak sejalan dengan ruang hidup manusia.
Seekor monyet ekor panjang betina (Macaca fascicularis) berusia lima tahun menyusul. Satwa ini ditinggalkan oleh pemiliknya yang telah meninggal. Tak mampu melanjutkan perawatan, keluarga menyerahkannya melalui jalur resmi. Di balik tatapannya yang gelisah, tersimpan kisah kesepian satwa yang kehilangan sosok manusia yang selama ini mendampinginya.
Lebih tragis, seekor beruk (Macaca nemestrina) jantan berusia tiga tahun yang selama ini dipelihara sebagai hewan kesayangan akhirnya harus dilepaskan. Keputusan itu diambil setelah satwa tersebut menyerang anak dari pemiliknya sendiri di Magetan. Dari ruang rumah yang sempit, kini ia dipindahkan ke kandang transit sebagai langkah awal menuju habitat yang lebih layak.
Seekor biawak (Varanus salvator) melengkapi daftar penyerahan hari itu. Satwa reptil yang kerap menimbulkan ketakutan di permukiman warga akhirnya ikut diamankan, mencerminkan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan satwa liar kepada pihak berwenang.
Semua satwa kini berada di kandang transit BBKSDA Jatim, dikelola oleh tim Wildlife Rescue Unit (WRU). Di sana, mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan dan proses rehabilitasi sebelum peluang kembali ke habitat alami benar-benar terbuka.
Peristiwa penyerahan ini menegaskan bahwa ruang hidup manusia dan satwa liar semakin sering bersinggungan. Dari hutan yang menyempit hingga satwa yang mencari makan di wilayah padat, interaksi negatif tak terhindarkan. Namun, tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan satwa secara sukarela membuka harapan baru bahwa harmoni antara manusia dan satwa masih mungkin terjalin.
Tatapan satwa-satwa yang kini berada di balik jeruji kandang transit seakan menyimpan pesan sunyi, mereka bukan sekadar hewan liar, tetapi bagian dari kehidupan yang sama-sama berhak atas ruang hidup. Setiap penyerahan bukan hanya akhir dari sebuah konflik, melainkan awal dari perjalanan panjang menuju kebebasan di alam. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – Balai Besar KSDA Jawa Timur