BBKSDA Jawa Timur Bersama UMPO Deklarasikan Pelestarian dan Edukasi Konservasi

Share

Ponorogo, 26 Agustus 2025. Pagi itu, ribuan pasang mata memenuhi Expotorium Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO). Lebih dari 600 mahasiswa duduk, menyimak dengan khidmat tatkala Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Agr.Sc., Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), membawakan kuliah umum bertajuk “Forest Resources Conservation”. Dalam bahasa yang lugas, beliau mengingatkan bahwa hutan bukan sekadar bentangan hijau, melainkan sumber kehidupan, penyangga ekosistem, sekaligus warisan tak ternilai untuk generasi mendatang.

“Konservasi bukan hanya tentang melindungi satwa dan pepohonan, melainkan menjaga keberlanjutan hidup kita sendiri. Generasi mudalah yang akan menentukan masa depan bumi,” tegasnya di hadapan mahasiswa yang menjadi saksi sejarah hari itu.

Momentum kuliah umum ini menjadi pintu pembuka bagi sebuah langkah besar, penandatanganan Deklarasi Dukungan Pelestarian Lingkungan dan Penguatan Edukasi Konservasi antara Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim) dan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Deklarasi tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala BBKSDA Jatim, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., dan Rektor UMPO, Dr. Rido Kurnianto, M.Ag., dengan disaksikan jajaran rektorat, dosen, mahasiswa, penangkar Merak Hijau, serta pimpinan Muhammadiyah Ponorogo.

Deklarasi ini memuat lima butir komitmen, mulai dari sinergi pendidikan dan penelitian, dukungan pendirian Edupark UMPO sebagai taman konservasi pendidikan, hingga menjadikan penangkaran Merak Hijau (Pavo muticus) sebagai program unggulan. Merak Hijau bukan sekadar satwa endemik dilindungi, tetapi juga ikon budaya Reyog Ponorogo, simbol kebanggaan sekaligus pengingat bahwa pelestarian alam dan tradisi lokal berjalan seiring.

“Dengan dukungan perguruan tinggi, konservasi tidak boleh berhenti pada perlindungan hutan dan satwa. Ia harus menjadi gerakan edukatif yang mengakar, melibatkan generasi muda, dan menguatkan budaya lokal,” ungkap Nur Patria Kurniawan, menegaskan visi besar yang ingin dicapai.

Sebagai bentuk penghargaan, Dirjen KSDA memberikan apresiasi kepada mitra yang berkontribusi nyata dalam kegiatan konservasi di Jawa Timur, Jaga Satwa Indonesia (JSI) Madiun, komunitas relawan penyelamat satwa liar, KTH Gentan Hijau Berseri, pengembang penangkaran Merak Hijau sekaligus pelestari budaya Reyog; serta Surat Wiyoto (Mbah Surat), tokoh pelopor penangkaran Merak Hijau di Madiun.

Kerja sama ini akan berlangsung selama tiga tahun, dengan program nyata meliputi kuliah umum, magang mahasiswa di kawasan konservasi, KKN tematik konservasi, hingga Festival Konservasi dan Lingkungan tingkat regional. Edupark UMPO akan dikembangkan menjadi ruang edukasi konservasi yang bukan hanya menanamkan pengetahuan, melainkan juga menumbuhkan kesadaran kolektif untuk menjaga alam.

Deklarasi ini bukan sekadar hitam di atas putih, tetapi sebuah ikrar moral. Dari jantung Kota Reyog, suara konservasi bergema bahwa pelestarian hutan, satwa, dan budaya lokal adalah warisan berharga yang harus dirawat bersama. Sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat menjadi fondasi kuat agar generasi mendatang tetap dapat melihat Merak Hijau menari di alam liar, sebagaimana megahnya “Dadak Merak” di panggung Reyog Ponorogo.

Sumber: Arief Adhi Pratama & Fajar Dwi Nur Aji – Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda pada BBKSDA Jatim