Saat pagi masih remang dan embun menggantung di ujung rerumputan, sekelompok penjaga alam melangkah perlahan menyusuri lereng hutan. Tim Resort Konservasi Wilayah (RKW) 10 Pulau Bawean bersama Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Bawean Lestari memulai patroli SMART mereka pada Senin, 19 Mei 2025, di kawasan Sekang Blok Gunung Besar, Suaka Margasatwa (SM) Pulau Bawean.
Langkah mereka tak sekadar mengitari kawasan. Mereka adalah pengawal lanskap yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati tinggi, tempat terakhir bagi spesies endemik yang hanya bisa ditemukan di pulau ini.
Pulau Bawean dikenal sebagai salah satu pusat endemisme di Indonesia (Whitten et al., 2000). Hanya di sini Rusa Bawean (Axis kuhlii), spesies langka dan primadona yang masuk kategori Critically Endangered menurut IUCN Red List (IUCN, 2024), hidup dalam ekosistem terbatas dan terfragmentasi. Jejak gesekan tanduk yang ditemukan menjadi bukti nyata bahwa satwa ini masih bertahan, meski terus berhadapan dengan tantangan degradasi habitat.
Tim juga menemukan bekas sosoran Babi Kutil Bawean (Sus blouchi), spesies lain yang belum banyak diteliti, namun diperkirakan memiliki peran penting sebagai penebar benih dan pengatur struktur vegetasi bawah. Perjumpaan dengan beberapa jenis burung seperti Merbah Belukar (Pycnonotus plumosus) dan Raja Udang Punggung Merah (Ceyx rufidorsa) menunjukkan tingginya nilai keanekaragaman avifauna di lokasi tersebut.
Mereka mencatat temuan flora yang beragam, mulai dari pohon besar, hingga tumbuhan bawah seperti Antidesma montanum dan Leea aculeata, yang merupakan bagian dari komunitas hutan dataran rendah tropis. Temuan yang paling menonjol adalah dua rumpun anggrek langka, Nervilia punctata dan Rhynchostylis retusa. Kedua spesies ini dikenal sangat sensitif terhadap perubahan mikrohabitat dan menjadi indikator stabilitas ekologis.
Kegiatan patroli ini adalah bagian dari pendekatan Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART). Metode ini memadukan patroli lapangan dengan pencatatan sistematis berbasis spasial untuk meningkatkan efektivitas perlindungan kawasan. Bagi para anggota tim, Tally Sheet bukan hanya lembar kerja, melainkan naskah yang merekam denyut terakhir hutan yang mereka cintai.
Hari itu, tidak ditemukan aktivitas ilegal. Namun sejatinya, keberhasilan bukan hanya pada nihilnya pelanggaran, tapi pada keberanian dan ketekunan mereka menapaki hutan, mencatat, dan melindungi. Di tengah keterbatasan logistik, ancaman perambahan, dan medan berat, semangat itu tetap utuh, menjaga yang liar tetap hidup, dan memastikan generasi berikutnya masih bisa mendengar nyanyian burung di antara kanopi Gunung Besar. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik – Balai Besar KSDA Jawa Timur