Pertengahan November 2025 menjadi titik krusial bagi bentang alam pegunungan di Jawa Timur bagian timur. Deras hujan yang mengguyur tanpa jeda, kabut tebal yang menyelimuti lereng, serta laporan cuaca ekstrem dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberi tanda bahwa sesuatu yang serius sedang berlangsung.
Menghadapi kondisi ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur mengambil langkah tegas, menutup sementara seluruh aktivitas kunjungan ke kawasan Suaka Margasatwa (SM) Dataran Tinggi Yang atau yang lebih dikenal dengan Gunung Argopuro, mulai 1 Desember 2025 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Keputusan ini diambil bukan semata sebagai respon administratif, tetapi sebagai bentuk perlindungan menyeluruh terhadap keselamatan manusia serta keberlanjutan ekosistem yang hidup di kawasan pegunungan yang membentang di empat kabupaten mulai Probolinggo, Situbondo, Jember, hingga Bondowoso.
Dalam siaran pers-nya, BMKG memperingatkan bahwa puncak musim hujan di sebagian besar Jawa Timur diproyeksikan berlangsung intensif hingga Februari 2026. Pola hujan ekstrem yang disertai angin kencang dan potensi longsor menjadi ancaman yang tidak bisa diabaikan, terutama di kawasan yang secara topografi berada di lereng curam.
Di tengah situasi ini, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., menegaskan pentingnya langkah preventif tersebut.
“Prioritas kami adalah keselamatan masyarakat dan keberlangsungan fungsi ekosistem. Dengan kondisi cuaca ekstrem seperti sekarang, risiko di jalur kunjungan meningkat signifikan. Penutupan sementara ini merupakan tindakan mitigasi untuk menghindari potensi kecelakaan dan memastikan pengelolaan kawasan tetap berjalan secara bertanggung jawab,” ujarnya.
Beliau juga menambahkan bahwa kebijakan ini sejalan dengan prinsip konservasi modern yang menekankan kehati-hatian.
“Konservasi bukan hanya menjaga satwa dan habitatnya, tetapi juga memastikan ruang alami ini dapat dinikmati masyarakat dalam kondisi aman. Mengambil jeda adalah pilihan terbaik ketika alam sedang berada pada fase yang tidak stabil,” lanjutnya.
SM. Dataran Tinggi Yang merupakan kawasan yang memiliki fungsi penting: penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan wisata terbatas. Namun, fungsi-fungsi tersebut tidak akan berjalan optimal bila keselamatan pengunjung maupun petugas berada dalam risiko tinggi.
Beberapa jalur setapak yang menjadi akses kunjungan kini mengalami penurunan stabilitas. Tanah yang jenuh air membuat permukaan licin dan mudah tergerus. Sementara itu, tutupan kabut yang seringkali turun mendadak membatasi jarak pandang hanya beberapa meter, kombinasi yang berbahaya bagi aktivitas wisata alam.
Di dalam kawasan ini hidup berbagai jenis satwa liar yang sensitif terhadap gangguan manusia, terutama pada musim hujan ketika mereka memperluas wilayah jelajah untuk mencari pakan dan tempat berlindung. Penutupan sekali lagi menjadi bentuk perlindungan, bukan hanya untuk manusia, tetapi juga bagi dinamika ekosistem yang sedang berlangsung.
SM. Dataran Tinggi Yang membentang melintasi Probolinggo, Situbondo, Jember, dan Bondowoso, yang masing-masing memiliki karakter geografis berbeda. Penutupan ini juga diharapkan mendapatkan dukungan bersama lintas sektor, mulai dari Kodim, Kepolisian Resor, Dinas Pariwisata, Dinas Kehutanan, hingga BPBD Dimana semua pihak akan mengambil posisi yang sama yaitu keselamatan publik yang tidak bisa ditawar.
Sinergi ini sekaligus menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan konservasi adalah urusan banyak pihak, bukan hanya instansi teknis. Alam dan keselamatan masyarakat berada pada prioritas utama.
Selama kawasan ditutup, BBKSDA Jawa Timur akan melakukan sejumlah kegiatan strategis mulai dari evaluasi dan pemetaan ulang jalur kunjungan, perbaikan titik rawan longsor atau erosi, monitoring populasi satwa dan kondisi habitat, serta penilaian berkala terhadap ancaman hidrometeorologi.
Musim basah adalah periode kritis dalam ekologi hutan pegunungan. Banyak proses alam berlangsung cepat, mulai dari pembentukan tunas baru, aktivitas satwa yang meningkat, hingga percepatan dekomposisi. Dengan minimnya gangguan manusia, ekosistem dapat menjalani siklus ini dengan lebih optimal.
Meski pintu kunjungan untuk sementara ditutup, BBKSDA Jawa Timur optimistis bahwa kawasan ini akan kembali dibuka ketika kondisi stabil. Keselamatan pengunjung dan kualitas pengalaman wisata menjadi pertimbangan utama sebelum akses kembali dibuka.
Keputusan ini adalah cara manusia merespons pesan alam. Sebuah pesan yang disampaikan melalui deras hujan, kabut pekat, dan tanah yang mulai bergerak.
BBKSDA Jawa Timur mengimbau masyarakat, komunitas pencinta alam, pendaki, hingga para peneliti untuk mematuhi kebijakan ini. Informasi perkembangan akan terus diperbarui melalui kanal resmi BBKSDA Jawa Timur.
Ketika alam memberi tanda bahaya, langkah terbaik adalah berhenti sejenak, mendengarkan, dan bertindak dengan bijaksana. (dna)
Sumber: Balai Besar KSDA Jawa Timur