Type to search

Berita

435 Ha Hutan Tahura Ludes

Share
Kebakaran hutan lindung dan hutan konservasi di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soerjo pada musim kemarau tahun ini terbilang cukup parah. Sedikitnya, 435 hektare hutan yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan vegetasi di atas area pegunungan Anjasmoro hangus.
 
Bahkan, kawasan hutan yang terbakar terancam semakin luas. Hingga tadi malam, api terlihat membakar serta merembet puncak dan lereng Gunung Kukusan.
 
Kasi Konservasi Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan (PPKH) UPT Tahura R. Soerjo Seksi Konservasi PPKH Mojokerto Suyanto menyatakan, kebakaran hutan lindung dan hutan konservasi kali ini mencapai 435 hektare. Yakni, tersebar di sembilan blok di Pegunungan Anjasmoro, wilayah antara Kecamatan Pacet dan Gondang, Kabupaten Mojokerto.
 
Sembilan blok tersebut adalah blok Sintok–Pondok Kates seluas 50 hektare, blok Jati Sawit 10 hektare, blok Puthuk Duro–Gunung Bakal 75 hektare, Puthuk Malang–Puthuk Sundang 75 hektare, Blok Sawahan–Jurang Pandan 15 hektare, blok Puthuk Sono–Puthuk Kencur 50 hektare, blok Segotok–Puthuk Sembung 55 hektare, blok Gunung Sigiran 40 hektare, serta blok Gunung Bakal–Andong Kerep dan Gunung Kukusan seluas 65 hektare.
 
“Tahun ini terjadi kebakaran hutan yang paling besar. Di lokasi yang sama, tiga tahun lalu tidak sampai separonya,” katanya kemarin.
 
Hingga tadi malam, kobaran api terlihat masih membakar satu blok di puncak Gunung Kukusan. Medan terjal dan jarak tempuh yang sulit dijangkau membuat petugas Tahura R. Soerjo sulit memadamkan api. “Kami terpaksa menunggu faktor alam daripada membahayakan nyawa petugas kami,” imbuhnya.
 
Dia menambahkan, vegetasi yang kini menjadi arang berjenis gembilina, kemiri, keluak, bendo, maesopsis, totop, kaliandra, cemara, kemloko, bambu, dan alang-alang. Selain mengalami kegundulan dan kekeringan, dampak tidak langsung saat musim hujan tiba adalah rawan terjadinya longsor dan banjir bandang.
 
Dia lantas mencontohkan seperti pada 2002, di wahana obyek wisata air panas Padusan, Pacet, terjadi longsor. Sebab, pada 1998, terjadi kebakaran hebat dikawasan Gunung Arjuno. “Karena itu, kami khawatir hal serupa terjadi kembali pada musim hujan mendatang,” ungkapnya.
 
Sementara itu, disinggung terkait dengan kerugian material atas kebakaran hutan tersebut, Suyanto belum bisa mengungkapkan lebih terperinci. Selain menangani kabakaran hutan yang masih berlangsung, pihaknya akan mengkoordinasikan penghitungan kerugian bersama institusi terkait. “Untuk sementara, kerugian materi bisa tidak terhingga,” jelasnya.
 

Leave a Comment