KONDISI BHAKSI HARIMAU SUMATERA DI LEMBAGA KONSERVASI MAHARANI ZOO DAN GOA

Share

Sidoarjo, 9 September 2020. Pada pukul 07.07 tanggal 8 September 2020 media online Line Today mengunggah tulisan dengan judul “Viral Harimau di Kebun Binatang Jatim, Perutnya Begitu Kurus Tak Tega melihatnya”. Dilansir dari akun Instagram @ndorobeii, akun tersebut membagikan sebuah video yang memperlihatkan kondisi seekor harimau. Perut harimau dalam video tersebut tampak begitu kurus. Unggahan akun @ndorobeii tersebut telah dilihat lebih dari 131 ribu kali dan mendapat beragam komentar dari para netizen. (https://today.line.me/ID/article/n3W8vJ?utm_source=washare)

Balai Besar KSDA Jawa Timur selaku pembina dari Lembaga Konservasi yang ada di Jawa Timur secara rutin dan berkala melaksanakan kegiatan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap Lembaga Konservasi, termasuk kepada Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa. Dalam kegiatan monitoring, evaluasi dan pembinaan, Balai Besar KSDA Jawa Timur juga melakukan pemeriksaan terhadap kondisi satwa yang ada di Lembaga Konservasi tersebut.

Berkenaan dengan berita unggahan video kondisi satwa harimau sumatera di Maharani Zoo dan Goa yang menjadi viral, Balai Besar KSDA Jawa Timur sebagai lembaga pemerintah pelayan publik wajib melakukan tindak lanjut dan klarifikasi atas informasi yang menjadi viral tersebut.

Selang beberapa saat setelah beredar berita kondisi harimau sumatera yang kurus dan tidak terawat di Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa, Tim Wild Rescue Unit (WRU) Balai Besar KSDA Jawa Timur segera meluncur ke Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa untuk memastikan kondisi harimau sumatera yang diberi nama Bhaksi. Tim dipimpin langsung oleh Kepala Bidang KSDA Wilayah II Gresik RM. Wiwied Widodo, S.Hut., M.Sc.

Berdasarkan hasil pengecekan ke lokasi, Balai Besar KSDA Jawa Timur melakukan klarifikasi melalui siaran Pers ini sebagai berikut:

  1. Tim WRU Balai Besar KSDA Jawa Timur telah melakukan verifikasi langsung ke Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa untuk melakukan pengamatan kondisi dan morfologi harimau sumatera yang diberi nama “Bhaksi” dari jarak dekat (nahok). 
  2. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dilakukan analisis body scoring untuk menilai kondisi morfologi Bhaksi. 
  3. Hasil pengamatan menunjukkan Bhaksi yang telah berusia 15 tahun terdapat banyak guratan tua di wajah dan pelipis mata, rumbai juga telah mengalami penipisan namun masih dalam kondisi badan tetap sehat dan tidak kurus.
  4. Tim juga mengumpulkan sekaligus memeriksa data medical record, catatan pemberian pakan dan pemberian obat untuk 3 bulan terakhir.
  5. Berdasarkan data medical record, catatan pemberian pakan dan pemberian obat untuk 3 bulan terakhir, tidak dijumpai adanya indikasi penurunan kesehatan, pengurangan pemberian pakan dan nutrisi lainnya, semua diberikan sesuai porsi dan takaran satwa dengan usia tersebut.
  6. Tim juga melakukan penimbangan berat badan Bhaksi. Posisi angka timbangan pada saat berat kosong menunjukkan 254 Kg (diatas timbangan diletakkan kandang kecil), pada posisi satwa masuk menunjukkan angka 356 Kg sampai dengan 359 Kg. Tim menunggu sampai dengan kondisi timbangan pada posisi stabil dan timbangan digital berhenti pada angka 357 Kg, sehingga berat badan Bhaksi adalah 103 Kg. Berat badan tersebut dalam kondisi satwa belum diberikan makan, karena makanan akan berikan setelah penimbangan, hal ini untuk mempermudah Bhaksi kembali ke kandang nahok.
  7. Berdasarkan buku “Tiger (Panthera tigris) Care Manual” menyatakan bahwa kondisi berat badan normal harimau sumatera (yang hidup di area tropis) adalah berkisar 100-140 Kg.
  8. Berdasarkan hasil penimbangan berat badan Bhaksi dapat disimpulkan bahwa kondisi berat badan Bhaksi dalam kategori normal, apalagi bagi harimau sumatera dengan usia 15 tahun.

 

Wiwied Widodo, S.Hut., M.Sc., Kepala Bidang KSDA Wil II BBKSDA Jatim menyampaikan “Bhaksi, harimau sumatera berjenis kelamin jantan ini merupakan indukan yang cukup produktif. Pada saat berada di Jatim Park 2 Bhaksi memberikan benih anakan dan berhasil dilahirkan 2 ekor anak harimau sumatera. Pada tahun 2019, bertempat di Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa ini, Bhaksi bersama indukan betina bernama Gendis kembali melahirkan 3 ekor bayi harimau yang diberi nama Raung (Jantan), Rengganis (betina) dan Rani (betina), bisa dilihat ketiga anak harimau itu saat ini ini sangat sehat juga. Bhaksi dapat bereproduksi dengan normal dan produktif, ini merupakan indikator bahwa kondisi Bhaksi dalam keadaan sehat” pungkasnya.

 

Ir. Asep Sugiharta, M.Sc. selaku Plt. Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur yang dihubungi langsung melalui video call di hadapan Pengelola Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa (General Manager, dokter hewan, Keeper) pada saat pemeriksaan satwa, menyatakan “Pemerintah melalui BBKSDA Jatim melakukan pembinaan pada lembaga konservasi (LK) yang ada di Jawa Timur secara berkala, termasuk Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa untuk memastikan bahwa pengelola Lembaga konservasi telah melakukan kewajibannya dalam menerapkan kesejahteraan satwa. Ir. Asep Sugiharta, M.Sc. menambahkan, Penjelasan dari dokter hewan LK Maharani Zoo dan Goa atas kondisi harimau di LK ini yang viral di medsos, bahwa kecukupan pakan harian bagi satwa harimau tersebut telah dipenuhi dan penjelasan mengenai umur satwa harimau, “bagi saya pihak LK Maharani Zoo dan Goa telah memberikan klarifikasi atas pemenuhan kewajiban terkait dengan kesejahteraan satwa. Untuk itu saya sampaikan terima kasih kepada pihak pengelola LK Maharani Zoo dan Goa, juga kepada Tim BBKSDA Jatim, dan kedepan agar kualitas kesejahteraan satwa  di Lembaga Konservasi tetap menjadi perhatian kita semua.”

Drh. Indra Exploitasia, M.Si. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen KSDAE KLHK saat dihubungi melalui pesan singkat (Whatsapps) dengan tegas menyampaikan bahwa “seluruh Lembaga Konservasi mempunyai kewajiban terkait pengelolaan satwa dengan memperhatikan kesejahteraan satwa, kepada seluruh pengelola Lembaga Konservasi di Indonesia, Khusus Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan Goa agar lebih memperhatikan pengelolaan satwa usia tua, lebih intensif baik memantau kondisi kesehatannya, perlakuan khusus pada nutrisi, menjaga kestabilan kondisi badan sampai dengan penyediaan area khusus bagi perawatan satwa tua. Drh. Indra Exploitasia, M.Si. menambahkan bahwa untuk masing-masing satwa koleksi khususnya jenis karnivora memiliki spesifikasi penanganan pakan dan kesehatan sesuai body condition scoring (BCS) sehingga satwa di usia tua memiliki kondisi ideal yg berbeda dengan satwa usia muda atau dewasa. Diharapkan prinsip kesejahteraan hewan menjadi pedoman utama dalam mengelola lembaga konservasi, pernyataan penutup Direktur KKH saat kami mintai keterangan.